Rabu, 19 April 2017

Internasionale Indonesia


Saat perayaan hari buruh di Indonesia kita sering mendengar di setiap parade atau unjuk rasa yang dilakukan oleh buruh selalu menyanyikan sebuah lagu. Lagu apakah? "Internasionale" lagu yang biasa dinyanyikan oleh buruh di Indonesia dan Dunia.

Internasionale sudah dikenal luas di Indonesia sejak tahun 1920-an.  Lagu ini sebetulnya merupakan salah satu lagu golongan sayap kiri dan gerakan sosialis sejak akhir abad ke-19, ketika Sosialis Internasional menjadikan lagu ini sebagai lagu resminya.

Internasionale diciptakan oleh Eug�ne Pottier pada tahun 1871 dan digubah oleh Pierre Degeyter pada tahun 1888. Internasionale banyak diterjamahkan ke dalam banyak bahasa di dunia dan seringkali dinyanyikan sambil mengangkat tangan kiri yang dikepalkan.

Lagu ini banyak dipakai oleh kaum sosialis, komunis, anarkis, dan demokrat sosial di seluruh belahan dunia. Dalam kurun waktu 1922-1944, Uni Soviet menggunakan lagu ini sebagai lagu kebangsaannya

Di Indonesia, Internasionale pertama kali diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dari bahasa Belanda oleh Soewardi Soerjaningrat atau Ki Hajar Dewantara. Partai Komunis Indonesia kemudian mempopulerkan dan menjadikannya lagu resmi partai dari tahun 1951-1965.

Berikut Lirik Internasionale terjemahan Ki Hajar Dewantara :

Bangunlah kaum jang terhina,
bangunlah kaum jang lapar!
Kehendak jang mulja dalam dunia,
senantiasa tambah besar.
Lenjapkan adat dan paham tua,
kita rakjat sadar-sadar.
Dunia sudah berganti rupa,
untuk kemenangan kita.
REFRAIN (2�):
Perdjoangan penghabisan,
kumpullah melawan.
Dan Internasionale,
pastilah didunia!
Selain diterjemahkan oleh Ki Hajar Dewantara, terdapat beberapa terjemahan lirik Internasionale lain di Indonesia yang dilakukan oleh A. Yuwinu berdasarkan lirik dari bahasa Mandarin dan Rusia yang diumumkan pertama kali pada tanggal 31 Mei 1970. Dan ada pula terjemahan versi Soepeno, Utuy Tatang Sontani, Agus. J, dan Suar Suroso yang disusun untuk memperingati 100 tahun peristiwa Komune Paris pada tahun 1971.

Meskipun cukup terkenal dalam kalangan buruh dan komunis di Indonesia. Komunis Internasional, menganggap sejumlah terjemahan lirik Internasionale oleh sejumlah negara, termasuk Indonesia,  telah menghilangkan roh proletariat, sehingga CC PKI saat itu mendapat kritik keras.

Pada peringatan Hari Buruh Internasional dan Hari Pendidikan Nasional, yang cuma selisih sehari, 1 Mei dan 2 Mei, barangkali bukan kebetulan. Sebab, Bapak Pendidikan Nasional, Ki Hajar Dewantara, menganggap terdapat keterkaitan erat antara pendidikan dengan perjuangan kaum buruh sedunia.

Internationale terjemahan Ki Hajar yang dipakai oleh kaum buruh dalam setiap peringatan May Day tetap menjadi yang populer di Indonesia. Pada tanggal 19 Desember 1948, Amir Sjarifuddin beserta sepuluh tokoh Peristiwa Madiun 1948 lainnya menyanyikan Indonesia Raya dan Internasionale sesaat sebelum mereka dieksekusi mati.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar