Jenderal T�j� Hideki merupakan jenderal Jepang dan Perdana Menteri ke-40 Jepang (18 Oktober 1941-22 Juli 1944). Dengan penampilan rambut cepak bundar, kumis, dan berkacamata bulat, ia merupakan orang yang mendorong Jepang masuk ke dalam peperangan tahun 1930-an dan Perang Dunia II.
Hideki Tojo, jenderal yang beralih menjadi pemimpin politik Jepang dan ikut bertanggung jawab atas pecahnya Perang Pasifik ini dilahirkan di Iwate pada 30 Desember 1884 sebagai anak seorang jenderal. Karena itu tak mengherankan bila Tojo dari mula sudah tertarik kehidupan militer. Ia masuk Akmil Jepang, lulus 1905.
Tojo dinilai sebagai pribadi yang cerdas dalam birokrasi di Jepang. Ia menyajikan perspektif militer ketika menjadi Menteri Tentara Jepang dalam kehidupan bernegara sebagai tokoh nasional.
Tojo dikenal dikalangan tentara sebagai "Razor Tojo", ia dikenal mampu untuk mengefisiensikan birokrasi dan orang yang tanpa kompromi serta teliti. Dalam menjalin hubungan dengan faksi militer Jepang, Tojo berusaha memperbaiki kekuatan militer Jepang meskipun dengan anggaran yang terbatas dan terdapat "campur tangan sipil."
Tojo membangun kekuatan politiknya dengan memanfaatkan wewenangnya sebagai Kepala Polisi Militer Jepang di Manchuaria mempengaruhi tentara pada tahun 1937. Tojo memiliki andil besar dalam provokasi Jepang untuk memusuhi Cina serta mendudukinya.
Ketika Jepang melakukan pendudukan wilayah Cina tahun 1937, Tojo memaksa pemerintahan Nasionalis Cina untuk berkolaborasi dengan Jepang. Ia terus melakukan perluasan konflik di Cina saat ia kembali ke Tokyo pada tahun 1938 sebagai Wakil Menteri Tentara,
Tojo kemudian naik sebagai Menteri Tentara pada tahun 1940 dan mendorong Jepang membangun aliansi dengan Jerman dan Italia. Ia sendiri pernah bertugas di Jerman antara tahun 1920-1922 sebagai asisten atase milter Jepang. Saat di Jerman, Tojo memimpin biro mobilisasi tentara, komandan resimen. Pada tahun 1941, Tojo naik menjadi Perdana Menteri dengan mendominasi kekuasaan militer Jepang. Tojo lah yang membawa pemerintahan Jepang menjadi Fasisme Militer.
Dalam usaha menghindari peperangan Tojo berusaha melakukan diplomasi terhadap Amerika Serikat dan Inggris. Namun pada akhirnya Tojo menyetujui bagi militer Jepang melakukan serangan pada bulan Desember, 1941 terhadap Amerika Serikat, Inggris dan Hindia Belanda. Serangan yang dilancarkan oleh Jepang pada awalnya berbuah kemenangan Jepang dipelbagai wilayah di Asia-Pasifik. Kemenangan Jepang menaikan martabat Tojo di kalangan militer Jepang. Ia berkata bahwa ada saatnya seorang negarawan harus,"Beriman kepada kemenangan."
Ketika Perang Dunia II berjalan dengan masif. Jepang didepan ambang kehancuran kerena pondasi industrinya terancam runtuh. Tojo sendiri kemudian berusaha melakukan berbagai cara untuk mengatasi masalah tersebut. Ia kemudian mengambil keputusan untuk mengambil alih semua permasalahan di Jepang.
Ia kemudian sebagai Perdana Menteri sekaligu Menteri tentara harus mengurusi permasalahan dalam negeri Jepang ketimbang konses terhadap peperangan di Pasifik. Tojo dengan wewenangnya kemudian berusaha mengatasi permasalahan pendidikan, perekonomian, perdagangan, industri sekaligus memastikan persediaan amunisi perang dan luar negeri Jepang
Perdana Menteri Tojo pada tahun 1944. Foto Pinterest
Pada Februari 1944, Tojo bahkan harus memegang komando langsung terhadap operasi militer Jepang sebagai Kepala Staf Angkatan Udara Jepang. Dengan semua kewenangan dan jabatan yang ia miliki, Tojo tidak mampu membangun kediktatorannya seperti halnya Hitler dan Joseph Stalin. Segala kewenangan yang ia miliki hanya sebatas jabatan konstitusional yang dimandatkan oleh kaisar tanpa memiliki dukungan dari masa partai politik.
Ketika Pulau Saipan diduduki oleh Pasukan Amerika Setikat di bulan Juli 1944, Tojo dipaksa mundur sebagai Perdana Menteri digantikan oleh Kuniaki Koiso menyusul serentetan kekalahan tentara Jepang.
Tojo saat berusaha bunuh diri di tahun 1945. Foto: Pinterest
Ketika Jepang menyerah pada bulan September 1945, Tojo mencoba bunuh diri ketika diancam akan ditangkap oleh otoritas pendudukan, namun gagal karena masih bisa diselamatkan. Tojo kemudian diseret ke dalam Pengadilan Internasional sebagai terdakwa penjahat perang. Ia dinyatakan bersalah atas tuduhan peperangan terhadap Tiongkok, Amerika Serikat, Persemakmuran Inggris, Indocina, Hindia Balanda, dan kejahatan perang lainnya. Ia divonis mati pada 12 November 1948, dan menerima hukuman gantung.
Hideki Tojo saat diadili sebagai "penjahat perang." Foto: Pinterest
Atas wewenangnya sebagai Perdana Menteri dan pemimpin fasisme Jepang, Tojo dianggap bertanggung jawab atas terbunuhnya 4 juta orang-orang Tionghoa selama pendudukan Jepang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar