Jumat, 21 April 2017

Depresi Besar di Amerika Serikat 1930



The Great Depression atau Depresi Besar (1929-1939) merupakan titik nadir dalam perekonomian dunia barat, khususnya negeri Paman Sam. Di negeri tersebut The Great Depression dibuka dengan kejatuhan bursa saham Wall Street pada Oktober 1929 yang menggoyang seluruh sektor perekonomian.


Black Thursday dan Black Tuesday yang Mengancam 
Foto: Pinterest
Awalnya negeri Paman Sam hanya mengalami krisis ekonomi biasa pertengahan 1929 ketika tingkat daya beli masyarakat mulai turun dan banyak barang yang tidak terjual. Pasar saham pun masih dalam keadaan normal, bulan Oktober tahun itu menjadi mimpi buruk bagi Amerika, tepatnya tanggal 24 Oktober 1929 ketika terjadi market bubble atau kenaikan besar dalam pasar saham Amerika. Sejumlah 12,9 juta lembar saham dijual dan peristiwa tersebut dikenang sebagai Peristiwa Kamis Hitam atau �Black Thursday.�

Beberapa hari kemudian �Black Tuesday� pun terjadi dimana saat itu terjadi penjualan saham yang luar biasa banyaknya, tepatnya 16 juta lembar saham terjual saat itu karena kepanikan dalam bursa Wall Street. Jumlah saham yang sebanyak itu ternyata tidak menguntungkan, bahkan merugikan para pialang saham yang membelinya.

Dalam tiga tahun berikutnya bursa saham anjlok, hingga pada akhit 1932 nilai pasar saham turun hingga 80 persen dari nilai tahun 1929. Masalah pasar saham pun merembet hingga ke zona perbankan. Banyak bank dinyatakan bankrut, faktanya saat itu 11 ribu dari 25 ribu bank di Amerika dinyatakan bankrut.

Pengangguran dan Kelaparan Dimana-mana
Penangguran dan fenomena kelaparan menjadi hal yang umum di AS selama "Depresi Besar". Foto: Pinterest
Jumlah pengangguran terus merangkak naik, jika tahun 1930 jumlahnya sekitar 4 juta orang, maka tahun berikutnya jumlah pengangguran meningkat hingga 6 juta orang. Puncaknya pengangguran naik mencapai 12 hingga 15 juta jiwa atau sekitar 30 persen populasi Amerika.

Fenomena seperti tunawisma, pengemis dan orang-orang kelaparan menjamur di belahan kota di Amerika akibat krisis ini. Produksi barang-barang turun hingga 54 persen dibandingkan dengan tahun 1929. Hal yang menyedihkan juga terjadi di desa dimana saat itu para penduduk yang berprofesi sebagai petani bahkan tidak memiliki modal untuk bercocok tanam karena harga bahan pangan yang anjlok.

Kegagalan Sistem Pasar Bebas

Banyak dari saham-saham diperjual belikan secara besar-besara yang mengakibatkan anjloknya harga pasar saham. Foto: Pinterest
Penurunan daya beli masyarakat yang sangat besar bukan tanpa sebab, namun karena masyarakat saat itu sangat hati-hati dalam mengeluarkan uang mereka. Kehati-hatian itu justru berbuah petaka, akibat perilaku mereka terjadi keruntuhan siklus produksi dimana penurunan produksi yang signifikan berdampak kepada PHK besar-besaran perusahaan karena produk mereka tidak laku/sedikit sekali terjual. 

Dalam penanganan masalah ini, pemerintah terlalu mengandalkan prinsip perdagangan bebas dan tidak mengambil langkah mengatur pasar karena menganggap kondisi pasar akan menemukan titik keseimbangannya sendiri dan akan digerakkan oleh invisible hand dalam perekonomian, namun mereka salah. Harga pangan semakin anjlok, daya beli masyarakat semakin turun mengakibatkan perekonomian semakin kacau.

Depresi ini mencapai puncaknya tahun 1933 disaat 13-15 juta penduduk Amerika menjadi pengangguran dan hampir separuh bank-bank di Amerika tutup. Langkah sigap Presiden Franklin D. Roosevelt dengan program �New Deal� berangsur-angsur memulihkan Amerika dari krisis yang berlangsung.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar