Leonidas I (530-480 SM) adalah seorang raja dari negara-kota Sparta sekitar 490 SM sampai kematiannya pada Pertempuran Thermopylae melawan tentara Persia di tahun 480 SM. Meskipun Leonidas kalah perang, kematiannya dalam Pertempuran Thermopylae terlihat sebagai korban yang heroik karena ia mengirim sebagian besar pasukannya pergi ketika ia menyadari bahwa Persia telah mengunggulia pasukannya.
Leonidas kemudian melanjutkan peperangan berserta Tiga ratus rekan Spartan. Mereka menahan laju pasukan Persia hingga pasukan seluruh Yunani menyiapkan pasukan. Hampir segala sesuatu yang diketahui tentang Leonidas berasal dari karya sejarawan Yunani Herodotus (484-425 SM).
Pelatihan sebagai "Hoplite"
Ilustrasi Hoplite. Foto/ ancient.eu
Leonidas merupakan anak dari raja Sparta, Anaxandrides yang meninggal pada 520 SM. Ia menjadi raja ketika saudaranya Kleomenes I (yang juga putra Anaxandrides) meninggal secara misterius di tahun 490 SM tanpa meninggalkan ahli waris laki-laki.
Sebagai raja, Leonidas adalah seorang pemimpin militer serta politik. Seperti semua warga negara Spartan laki-laki, Leonidas telah dilatih secara mental dan fisik sejak kecil dalam persiapan untuk menjadi seorang prajurit Hoplite. Hoplite dipersenjatai dengan perisai bulat, tombak dan besi pedang pendek. Dalam pertempuran, mereka menggunakan formasi yang disebut phalanx, di mana deretan hoplites berdiri tepat di samping satu sama lain sehingga perisai mereka tumpang tindih dengan satu sama lain.
Sebagai seorang raja, Leonidas merupakan pemimpin militer serta politik. Seperti semua warga laki-laki Sparta, Leonidas telah dilatih secara mental dan fisik sejak kecil untuk dipersiapkan sebagai seorang prajurit Hoplite. Hoplite adalah prajurit-penduduk di negara kota-negara kota Yunani Kuno. Hoplites berfungsi terutama sebagai penombak dan bertempur dalam formasi phalanx.
" Phalanx adalah formasi militer berbentuk kotak, biasanya seluruhnya terdiri dari infanteri bersenjata berat yang dipersenjatai tombak, tombak panjang, sarisa (tombak yang sangat panjang ) , atau senjata serupa lainnya."
Ilustrasi Formasi Phalanx. Foto: Ancient Greek Battles
Selama serangan frontal, dinding prisai memberikan perlindungan yang signifikan terhadap prajutit dibelakangnya. Formasi akan menjai rentan dan menyebabkan formasi phalank menjadi pecah ketika musuh menyerang dari samping atau belakang.
Xerxes dan Invasi Persia terhadap Yunani
Yunani Kuno terdiri dari beberapa ratus negara-kota, di antaranya yang terbesar dan terkuat adalah Athena dan Sparta. Meskipun banyak negara-kota yang bersaing satu sama lain untuk menguasai tanah, air, dan sumber daya di Yunani. Akan tetapi negara-negara kota tersebut akan bersatu untuk mempertahankan Yunani dari invasi asing.
Ilustrasi Xerxes I. Foto: crystalinks.com
Sejak abad ke-5 SM, Persia sudah dua kali melakukan invasi terhadap Yunani. Di tahun 490 Sm, Raja Persia Darius I (550-486 SM) telah melakukan percobaan untuk melakukan serangan terhadap Yunani dalam bagian Perang Persia-Yunani I, namun kekuatan gabungan Yunani berhasil menahan dan memukul mundur pasukan Yunani pada Pertempuran Marathon. Serangan kedua terhadap Yunani, kemudian dilakukan oleh salah satu putra Darius, yaitu Xerxes I (519-465 SM).
Pertempuran Thermopylae 480 SM
Di bawah pimpinan Xerxes I, pasukan Persia bergerak disertai Angkatan Laut Persia ke selatan melalui pantai timur Yunani. Untuk mencapai tujuannya di Attica, wilayah yang dikendalikan oleh negara-kota Athena, Persia harus pergi melalui celah pantai Thermopylae (atau �Hot Gates atau Gerbang Panas,� begitu dikenal karena mata air belerang di dekatnya).
Pada akhir musim panas 4800 SM, Leonidas memimpin lebih dari 6000 sampai 7000 pasukan gabungan Yunani, termasuk 300 tentara elite Spartan bergerak ke utara untuk menahan pasukan Persia tidak melewati Thermopylae.
Peta Invasi Pasukan Persia melalui Thermopylae. Foto: emersonkent.com
Leonidas didirikan pasukannya di Thermopylae, mengharapkan bahwa sempit celah akan menyalurkan tentara Persia menuju kekuatan sendiri. Selama dua hari, orang-orang Yunani bertahan dalam serangan ditentukan banyak musuh mereka jauh lebih. Rencana Leonidas� bekerja dengan baik pada awalnya, tapi ia tidak tahu bahwa ada rute atas pegunungan di sebelah barat Thermopylae yang akan memungkinkan musuh untuk memotong posisinya berbenteng sepanjang pantai.
Leonidas kemudian membentuk formasi pasukannya di Thermopylae dan membangun benteng-benteng agar pasukan persia terdesak di celah sempit Thermopylae.
Selama dua hari penuh pertempuran, pasukan kecil yang dipimpin Raja Leonidas I dari Sparta menghalangi satu-satunya jalan yang dapat dilalui oleh ratusan ribu pasukan Persia. Rencana Leonidas pada awalnya berjalan baik, namun tanpa diketahui bahwa terdapat rute atas pegunungan di sebelah barat Thermopylae yang memungkinkaan pasukan Persia memotong posisi jalur benteng yang dibangun pasukan Yunani.
Setelah hari kedua pertempuan, seorang penduduk lokal bernama Ephialtes mengkhianati pasukan Yunani dengan memberitahu kepada Xerxes dan pasukannya mengenai rute alternatif tersebut yang memungkinkan mengelilingi garis pertahanan Yunani. Leonidas, menyadari bahwa pasukannya akan terkepung, menyuruh sebagian besar tentaranya pergi sedangkan dirinya tetap bertahan bersama 300 tentara Spartan, 700 tentara Thespiai, 400 tentara Thebes dan mungkin beberapa ratus tentara lainnya.
Leonidas bersama 300 Spartan lainnya tewas bersama dengan sisa pasukan Yunani lainnya. Pasukan Persia kemudian memenggal kepala jasad Leonidas, seperti yang dilakukan kepada penguasa lainnya di dunia yang wilayahnya ditaklukan oleh Persia. Pemenggalan kepala Leonidas dianggap sebagai penghinaan terhadap bangsa Yunani, khususnya orang-orang Sparta.
Pasca Pertempuran
Pengorbanan Leonidas bersama 300 pasukan Spartan dan para Hoplite lainnya memang tidak mencegah pergerakan pasukan Persia menyusuri pantai Yunani menuju Boetia. Pasukan dan masyarakat Yunani dibawah komando seorang politisi Athena bernama Thermistokles kemudian memutuskan mengevakuasi seluruh warga Athena dan mundur ke Salamis setelah mengetahui bahwa Thermopylae tidak dapat dipertahankan. Pasukan Persia menyerbu Boiotia lalu menaklukan Athena yang penduduknya sebelumnya telah dievakuasi. Armada Yunani,
Armada pasukan Yunani setelah mundur ke Salamis kemudian memutuskan untuk menyerang pasukan Persia dalam Pertempuran Salamis pada akhir tahun 480 SM. Xerxes sendiri kemudian memutuskan menarik pasukannya dari Yunani setelah melihat kerugian yang cukup besar terhadap tentaranya. Agar tidak terjebak dalam pertempuran di Eropa, Xerxes bersama pasukannya kemudian mundur ke Asia dan sekali lagi gagal menaklukan Yunani.
Leonidas dan 300 pasukan Spartannya kemudian dikenal sebagai pahlawan yang dikultuskan sebagai bentuk pengorbanannya menahan laju pasukan Persia. Di Yunani kuno, mereka yang mati dipertempuran dan dianggap sebagai pahlawan akan dipuja. Empat puluh tahun pasca pertempuran, orang-orang Sparta mengambil sisa jesad Leonidas atau apapun yang diyakini sebagai jenazahnya dan membangun kuil untuk menghormatinya.
Leonidas dalam Film "300"
Sosok Leonidas dalam film "300" Foto: Theiapolis
Dalam film "300" Leonidas digambarkan dari kecil ke kerajaan melalui doktrin Spartan. Cerita Dilios terus dan utusan Persia tiba di gerbang Sparta menuntut "bumi dan air" sebagai tanda penyerahan ke Raja Xerxes; Spartan membalas dengan membunuh dan menendang para utusan ke dalam sumur.
Leonidas kemudian mengunjungi Ephors, mengusulkan strategi untuk mendorong kembali Persia numerik unggul melalui Hot Gates; rencananya melibatkan membangun tembok untuk menyalurkan Persia ke lulus sempit antara batu dan laut. The Ephors berkonsultasi dengan Oracle, yang menetapkan bahwa Sparta tidak akan pergi berperang selama Carneia.
Leonidas mengumpulkan tiga ratus tentara yang terbaik dalam kedok pengawal pribadinya; mereka bergabung di sepanjang jalan oleh Arcadians. Di Thermopylae, mereka membangun dinding yang terbuat dari batu dan pasukan utusan Persia sebagai mortar.
Pada hari ketiga, Persia, dipimpin oleh Ephialtes, melintasi jalan rahasia, melingkari Spartan. Xerxes kemudian menuntut penyerahan diri mereka. Leonidas tampaknya berlutut seolah menyerah, memungkinkan Stelios melompat di atasnya dan membunuh pasukan Persia di depannya. Xerxes yang marah memerintahkan pasukannya untuk menyerang.
Leonidas naik dan melemparkan tombaknya kepada Xerxes; tombak tersebut mengenai dan melukai wajahnya, membuktikan bahwa Xerxes yang dikenal sebagai dewa dapat berdarah dan mati. Leonidas dan Spartan tersisa berjuang umereka akhirnya menyerah tewas oleh hujanan anak panah pasukan Persia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar