Rabu, 19 April 2017

Pertempuran El Alamein 1942

Pasukan Italia dalam Pertempuran El Alamein

Pertempuran El Alamein menandai puncak dari kampanye Perang Dunia II di Afrika Utara antara Kerajaan Inggris dan tentara Jerman-Italia. Mengerahkan kontingen yang jauh lebih besar dari tentara dan tank lawan, komandan Inggris Bernard Law Montgomery meluncurkan serangan infanteri di El Alamein pada 23 Oktober 1942.

Marsekal Medan Jerman, Erwin Rommel kembali ke pertempuran setelah sembuh dari sakitnya. Rommel mencoba untuk menghentikan arus, tetapi keuntungan Inggris dalam jumlah personil dan artileri terbukti terlalu besar.

Kenyataan tersebut tidak dapat diterima oleh Hitler dan terus menyerukan peperangan dengan Inggris di Afrika Utara. Berusaha realistis, Rommel tetap berusaha melarikan diri dari kemusnahan dengan menarik anak buahnya ke Tunisia.
File:Bundesarchiv Bild 101I-786-0327-19, Nordafrika, Erwin Rommel mit Offizieren.jpg
Marsekal Erwin Rommel di Afrika Utara tahun 1942. Foto: German Federal Archives
Pertempuran El Alamein menandai puncak dari kampanye militer Axis dan Sekutu di Afrika Utara selama Perang Dunia II antara pasukan dari Kerajaan Inggris dengan tentara Jerman-Italia yang dipimpin oleh oleh Erwin Rommel.

Pada Januari 1942, Rommel mengarahkan pasukannya menuju sepanjang pantai timur Afrika Utara untuk merebut Terusan Suez.
Peta Pertempuran El Alamein. Foto: haikudeck.com
Pasukan Jerman kemudian menaklukan Benghazi pada bulan Januari dan menghancurkan kekuatan tank Inggris di Tobruk. Setelah mengambil Tobruk pada bulan Juni 1942, pasukan Jerman bergerak ke arah timur menuju Mesir mencapai pertahanan Inggris di El Alamein pada 30 Juni 1942.

Rommel menyerang baris pertahanan Inggris di El Alamein pada 1 Juli 1942. Pada hari berikutnya komandan Inggris, Jenderal Claude Auchinleck, melakukan serangan balasan. Pertengahan bulan Juli Rommel masih bertahan di El Alamein dan berposisi bertahan.

Pada pertempuran pertama ini, Sekutu sekutu menderita kerugian 13.250 pasukan tewas atau terluka dari 150.000 tentara, sedangkan Axis, menderita sekitar 10.000 tewas atau terluka dari 96.000 pasukan.

Rommel dan pasukannya tertahan di Mesir ketika dikalahkan di Alam el Halfa pada bulan September. Selanjutnya Rommel harus menghadapi hal yang lebih sulit di Front Afrika dan bertahan di Mesir.

Dalam posisi bertahan di garis empat puluh mil dengan pertahanan yang cukup serta kekuatan yang luar biasa. Pasukan Axis berhasil menguasai dua daerah positif, Mediterania di utara dan dataran rendah Qattara di selatan.

Pasukan Axis telah mempersiapkan pertahanannya dengan menyebar ratusan ribu anti tank dan ranjau di sepanjang garis pertahanan untuk memperlambat gerak pasukan Inggris.
File:The British Army in North Africa 1942 E14520.jpg
Sebuah anti-tank 88mm Jerman saat dihancurkan oleh tentara Selandia Baru dekat El Alamein, 17 Juli 1942. Foto: Pinterest
Rommel mengendalikan tiga belas divisi yang berjumlah 100.000 pasukan ditambah dengan 500 tank. Di sisi lain Montgomery memiliki kekuatan dua kali lipat lebih besar dengan komposisi pasukan Inggris, Australia, Selandia Baru, India, dan Afrika Selatan, serta tambahan beberapa unit pasukan Perancis dan Yunani. Selain itu Sekutu memiliki keunggulan di udara dengan proporsi yang cukup.
Marsekal Bernard Montgomery. Foto: thoughtco.com
Marsekal Bernard Montgomery menjadi sosok kunci yang bertugas untuk menghancurkan baris dan pertahanan Axis. Pasukan Inggris hanya perlu bersabar dan menyusun manuver yang tepat.

Montgomery kemudian mengerahkan serangan sekunder ke selatan yang dipelopori oleh pasukan Perancis, sedangkan serangan utama diarahkan ke utara dekat pantai. Inggris akan masuk ke garis Axis dan memaksa mereka untuk melakukan serangan balik. Dalam proses ini, Inggris akan menghancurkan kelemahan pertahanan Axis.
Pergerakan tank Inggris saat pertempuran El Alamein pada Oktober 1942. Foto: History Today
Pada malam 23 Oktober 1942, 800 meriam telah ditembakan oleh kelompok sappers Inggris, diikuti oleh infanteri dan tank yang maju membersihkan jalur ranjau. Pasukan Axis pun terkejut dengan serangan yang dilakukan, meskipun pergerakan pasukan Sekutu sangat lambat.

Ladang ranjau dan anti tank Jerman cukup akurat menahan laju tank-tank Inggris serta infanteri Australia dan Selandia Baru yang turut serta. Meskipun demikian, Pada 2 November 1942, Rommel memberikan isyarat kepada Hitler bahwa pertempuran tidak dapat dilanjutkan.

Rommel kemudian menarik pasukan Jerman, meninggalkan pasukan Italia dibelakangnya. Pada 4 November 1942, hampir seluruh kekuatan Axis mundur dari El Alamein. Pasukan Panzerarmee mundur menuju ke Tunisia, kemudian dalam beberapa hari pasukan Anglo-Amerika mendarat di Maroko pada bulan Mei 1943, Sekutu berhasil mendominasi Mediterania.

Pada pertempuran kedua, kerugian yang diderita keduanya sekitar, 9000 pasukan tewas, 15000 terluka, dan 30.000 tertawan dari sekitar 110.000 pasukan Axis yang dikerahkan, sedangkan dari pihak Sekutu sekitar 4800 pasukan tewas, 9000 diantaranya terluka dari 195.000 pasukan yang dikerahkan.

Pertempuran El Alamein ini berlangsung menjadi dua fase yaitu antara 1 Juli-27 Juli dan 23 Oktober-11 November 1942. Pertempuran ini mengakhiri karismatik Marsekal Erwin Rommel yang harus kalah dengan delapan divisi Angkatan Darat Inggris dan kekuatan personil dan infantri Sekutu yang cukup besar.

El Alamein merupakan pertemuran yang memiliki karakter dan metode serupa pada Perang Dunia I. Pertempuran yang dilakukan lebih mengandalkan kekuatan dan banyaknya artileri.

Jumlah pasukan dan artileri menjadi kekuatan tanpa strategi dan terobosan yang berarti. Jerman yang tengah berperang dengan Uni Soviet di Front Timur, harus membagi konsenterasi dengan Sekutu di Front Afrika.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar