Pertempuran El Alamein menandai puncak dari kampanye Perang Dunia II di Afrika Utara antara Kerajaan Inggris dan tentara Jerman-Italia. Mengerahkan kontingen yang jauh lebih besar dari tentara dan tank lawan, komandan Inggris Bernard Law Montgomery meluncurkan serangan infanteri di El Alamein pada 23 Oktober 1942.
Marsekal Medan Jerman, Erwin Rommel kembali ke pertempuran setelah sembuh dari sakitnya. Rommel mencoba untuk menghentikan arus, tetapi keuntungan Inggris dalam jumlah personil dan artileri terbukti terlalu besar.
Kenyataan tersebut tidak dapat diterima oleh Hitler dan terus menyerukan peperangan dengan Inggris di Afrika Utara. Berusaha realistis, Rommel tetap berusaha melarikan diri dari kemusnahan dengan menarik anak buahnya ke Tunisia.
Marsekal Erwin Rommel di Afrika Utara tahun 1942. Foto: German Federal Archives |
Pada Januari 1942, Rommel mengarahkan pasukannya menuju sepanjang pantai timur Afrika Utara untuk merebut Terusan Suez.
Peta Pertempuran El Alamein. Foto: haikudeck.com |
Rommel menyerang baris pertahanan Inggris di El Alamein pada 1 Juli 1942. Pada hari berikutnya komandan Inggris, Jenderal Claude Auchinleck, melakukan serangan balasan. Pertengahan bulan Juli Rommel masih bertahan di El Alamein dan berposisi bertahan.
Pada pertempuran pertama ini, Sekutu sekutu menderita kerugian 13.250 pasukan tewas atau terluka dari 150.000 tentara, sedangkan Axis, menderita sekitar 10.000 tewas atau terluka dari 96.000 pasukan.
Rommel dan pasukannya tertahan di Mesir ketika dikalahkan di Alam el Halfa pada bulan September. Selanjutnya Rommel harus menghadapi hal yang lebih sulit di Front Afrika dan bertahan di Mesir.
Dalam posisi bertahan di garis empat puluh mil dengan pertahanan yang cukup serta kekuatan yang luar biasa. Pasukan Axis berhasil menguasai dua daerah positif, Mediterania di utara dan dataran rendah Qattara di selatan.
Pasukan Axis telah mempersiapkan pertahanannya dengan menyebar ratusan ribu anti tank dan ranjau di sepanjang garis pertahanan untuk memperlambat gerak pasukan Inggris.
Sebuah anti-tank 88mm Jerman saat dihancurkan oleh tentara Selandia Baru dekat El Alamein, 17 Juli 1942. Foto: Pinterest |
Marsekal Bernard Montgomery. Foto: thoughtco.com |
Montgomery kemudian mengerahkan serangan sekunder ke selatan yang dipelopori oleh pasukan Perancis, sedangkan serangan utama diarahkan ke utara dekat pantai. Inggris akan masuk ke garis Axis dan memaksa mereka untuk melakukan serangan balik. Dalam proses ini, Inggris akan menghancurkan kelemahan pertahanan Axis.
Pergerakan tank Inggris saat pertempuran El Alamein pada Oktober 1942. Foto: History Today |
Ladang ranjau dan anti tank Jerman cukup akurat menahan laju tank-tank Inggris serta infanteri Australia dan Selandia Baru yang turut serta. Meskipun demikian, Pada 2 November 1942, Rommel memberikan isyarat kepada Hitler bahwa pertempuran tidak dapat dilanjutkan.
Rommel kemudian menarik pasukan Jerman, meninggalkan pasukan Italia dibelakangnya. Pada 4 November 1942, hampir seluruh kekuatan Axis mundur dari El Alamein. Pasukan Panzerarmee mundur menuju ke Tunisia, kemudian dalam beberapa hari pasukan Anglo-Amerika mendarat di Maroko pada bulan Mei 1943, Sekutu berhasil mendominasi Mediterania.
Pada pertempuran kedua, kerugian yang diderita keduanya sekitar, 9000 pasukan tewas, 15000 terluka, dan 30.000 tertawan dari sekitar 110.000 pasukan Axis yang dikerahkan, sedangkan dari pihak Sekutu sekitar 4800 pasukan tewas, 9000 diantaranya terluka dari 195.000 pasukan yang dikerahkan.
Pertempuran El Alamein ini berlangsung menjadi dua fase yaitu antara 1 Juli-27 Juli dan 23 Oktober-11 November 1942. Pertempuran ini mengakhiri karismatik Marsekal Erwin Rommel yang harus kalah dengan delapan divisi Angkatan Darat Inggris dan kekuatan personil dan infantri Sekutu yang cukup besar.
El Alamein merupakan pertemuran yang memiliki karakter dan metode serupa pada Perang Dunia I. Pertempuran yang dilakukan lebih mengandalkan kekuatan dan banyaknya artileri.
Jumlah pasukan dan artileri menjadi kekuatan tanpa strategi dan terobosan yang berarti. Jerman yang tengah berperang dengan Uni Soviet di Front Timur, harus membagi konsenterasi dengan Sekutu di Front Afrika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar