Rabu, 12 April 2017

Sejarah Singkat Rompi Antipeluru

Uji coba rompi Antipeluru di Washington, D.C. September 1923.  Image Source

Rompi Antipeluru (Bulletproof vest) merupakan salah satu komponen perlindungan bagi anggota dinas militer atau pun kepolisian. Penggunaannya rompi Antipeluru pada umumnya dikenakan agar para petugas terlindungi dari tembakan senjata api. Pada dasarnya rompi Antipeluru adalah untuk melindungi penggunanya dengan menahan laju peluru dimana peluru dihentikan sebelum berpenetrasi ke dalam tubuh. 

Pada saat rompi menahan penetrasi peluru, dorongan dari peluru direduksi dengan menyebarkan momentumnya ke seluruh bagian tubuh. Dibalik penggunaannya yang masif ini, rompi antipeluru memiliki jejak pengembangan yang panjang dari dulu hingga kini.

Awal Penemuan

Penemuan rompi antipeluru bermula dari pengembangan di Jepang dan Korea yang menemukan rompi antipeluru modern yang berbahan dasar 30 lapis kain sutra yang bisa menghentikan laju peluru saat itu di abad ke-19 masehi. Penemuan ini memacu baik itu pihak pembuat rompi antipeluru atau bahkan para pembuat senjata menjadi semakin hebat dan saling mengalahkan.

Penggunaan sutera sebagai armor sendiri dalam catatan sejarah digunakan oleh pasukan mongol untuk melapisi baju perangnya yang terbukti efektif menahan bidikan anak panah.

Di negeri Amerika Serikat terdapat seorang pendeta bernama Casimir Zeglen yang bersama kawannya mencoba mencari cara membuat rompi yang bisa menahan laju peluru dengan membuat rompi dari sutra dan dilapisi lempengan baja. Pengujian benda tersebut sukses namun penemuan mereka menjadi buah bibir di Amerika.

Kazimierz Zeglen aka Casimir Zeglen, photo: East News
Kazimierz Zeglen aka Casimir Zeglen, photo: East News/culture.pl

Penemuan ini didengar oleh pihak militer Amerika. Ketika rompi ini melalui proses pengetesan, pihak militer menolaknya dengan alas an biaya pembuatan yang terlampau tinggi dan material yang tidak tahan panas. Tak patah arang, Zeglen langsung melobi Presiden McKinley tahun 1901 untuk menyetujui rompi miliknya, namun tetap ditolak oleh pihak paman Sam.

Zeglen menawarkan penemuannya kepada Franz Ferdinand di Austria. Idenya disetujui dan Franz Ferdinand memakai rompi buatan Zeglen tersebut. Kematian tetap tidak bisa luput dari Franz Ferdinand, usaha pembunuhan dirinya tetap berhasil karena para penembak jitu menembak Franz Ferdinand di kepala karena tahu dirinya memakai rompi antipeluru.

Paten terhadap rompi antipeluru sudah didaftarkan pada 1919 di Amerika. Pengujian rompi ini pertama kali dilakukan pada 2 April 1931 oleh pihak kepolisian di Washington D.C. Pengujian tersebut berhasil dan tidak menghasilkan kegagalan.

Perkembangan Rompi Antipeluru

Flak Jacket

File:Flak Jacket.jpg
Pasukan AS dengan Flak Jacket pada Perang Vietnam. Foto: Own Work

Rompi antipeluru ini tidak terbuat dari lempengan baja, melainkan dari bahan nilon. Rompi ini dibuat dengan tujuan menahan serpihan peluru namun tetap bisa tertembus oleh tembakan. Jaket ini tidak praktis dan sangat berat.

Disebut �Flak Jacket� digunakan oleh pilot dan kru bomber untuk menahan serpihan dari meriam Anti-udara DE, yang juga disebut FLAK (Flieger Abwehr kanone)

Rompi Antipeluru Ringan

Tahun 1960an merupakan awal penemuan serat  fiber yang bisa digunakan sebagai bahan rompi antipeluru. Penelitian ini dilakukan oleh National Institute of Justice atau NIJ di Amerika untuk membuat polisi di sana terlindung dan bisa bertugas dengan lebih mudah.

Rompi Antipeluru Kevlar

Tahun 1970an merupakan permulaan bahan kevlar yang menjadi bahan rompi antipeluru. Kevlar ini diciptakan oleh perusahaan DuPont. Pengembangan bahan kevlar kemudian dilakukan oleh NIJ tahun 1973 ini memakan beberapa tahun. Proses utama merupakan tahap dimana melakukan penentuan bahan yang cocok, berapa lapisan yang harus disusun dalam pengembangan rompi antipeluru tersebut dan persiapan lain hingga selesai.

Alasan kenapa kevlar dipilih adalah bahan ini mampu menahan peluru dan ringan dipakai. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan rompi berbahan kevlar. Hal pertama adalah bahan ini akan tidak boleh basah ataupun sering dicuci. Kontak dengan air atau pun pencucian akan berdampak kepada berkurangnya daya tahannya terhadap peluru.

Penggunaan rompi kevlar mampu menahan peluru dengan kecepatan hingga 800 kaki per detik hingga 95 persen. Kemungkinan peluru bisa menembus juga sangat kecil yakni hanya 10 persen dalam kondisi Kevlar yang baik.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar