Minggu, 21 Mei 2017

Masuknya Islam ke Maluku dan Moluku Kie Raha

Masjid Masohi, Maluku Timur. Foto: flickr.com

Harian Sejarah - Maluku merupakan kepulauan di Nusantara yang berabad-abad lampau menjadi tujuan dari orang-orang di seluruh dunia. Maluku kini memang tak bergitu terkenal seperti Bali atau Jakarta masa kini. Maluku terkenal dengan kopi, garam, dan udang. Di Maluku ketika Islam menjalar ke Nusantara sejak abad ke-13, tidak banyak sumber yang saya temukan mengenai tokoh atau catatan kaki perjalanan awal mulai Islam di Maluku.

Jafar Sadek merupakan seorang yang berasal dari Arab. Ia membangun rumah di bukit bernama Jore-jore, disana ada danau kecil bernama Ake Santosa. Suatu petang Jafar sadek melihat 7 bidadari sedang mandi dan ia lalu menyembunyikan selendang dari salah satu bidadari tersebut, maka salah satu dari bidadari tersebut tidak bisa pulang, Ia bernama Nur Sifa.

Menurut tulisan Abdullah Alawi, Jafar Sadek dan Empat Kesultanan Maluku (2016) diketahui bahwa Jafar Sadek merupakan tokoh yang menjadi legenda di masyarakat Maluku. Ia adalah seorang Arab yang datang ke Maluku yang kemudian menjadi leluhur empat kerajaan Islam, yaitu Jailolo, Tidore, Ternate, dan Bacan. Namun kembali menurutnya Jafar Sadek menurut apa yang dikatakan oleh de Graaf merupakan duta besar yang dikirim Kesultanan Mesir Dinasti Abasyiyah. Sumber lain mengatakan hal yang berbeda bahwa Jafar Sadek adalah Ja Tek Su, seorang muslim Cina yang menjadi mubaligh Islam di Jawa pada abad ke XV.

Dalam Hikayat Bacan, sebagaimana dikutip M.Adnan Amal, Jafar Sadek disebutkan datang tiba ke Maluku dengan tanpa alat apa pun. Dia datang dari laut. Kemudian penduduk mendatangi, mencium dan menyalaminya. Mereka gembira menyambut kedatangan Jafar Sadek. Penduduk kemudian mengaraknya keliling kampung mereka yang bernama Foramdiahi.

Jafar Sadek kemudian memperkenalkan agama Islam. Kemudian seluruh penduduk memeluk agama Islam.

Menurut Sejarah Bacan, dari hasil perkawinan dengan perempuan penduduk setempat, Jafar Sadek mendapatkan empat anak laki-laki dan empat anak perempuan. Empat anak laki-laki tersebut empat kerajaan Islam, yaitu Jailolo, Tidore, Ternate, dan Bacan. Kerajaan yang di kemudian hari menjadi benteng Islam dan tanah air dari penjajahan bangsa-bangsa Barat.

Moluku Kie Raha

Apa itu Moluku Kie RahaI? Itu meruapakan sebutan bagi 4 kesultanan yang ada di Maluku yang artinya adalah �Persekutuan empat Kesultanan,� yaitu

  1. Jailolo
  2. Bacan
  3. Ternate
  4. Tidore

�Luku� dalam bahasa Galela berarti dalam. Jika ditambahkan �ma� maka artinya menjadi dalam sekali. Dalam bahasa ternate �loko� berarti gunung.
Narasi Singkat Empat Kesultanan Maluku

1. Jailolo

Pemandangan Teluk Jailolo di Halmahera Barat dengan landmark "Jailolo City. Foto: tinooo

Kerajaan Jailolo belum pasti asal muasalnya terjadi, dari sumber sejarah yang terekam Jailolo adalah sebuah kerajaan di kepulauan Halmahera yang bisa berekspansi lewat perkawinan politik antara ratu Jailolo dan Raja Loloda. Jailolo terkenal dengan pemerintahannya yang kejam sehingga memunculkan exodus dari kerajaannya. 

Masyarakat yang melakukan migtasi ini lari kepulau-pulau kecil di luar Halmahera. Masyarakat ini lah yang pada akhirnya mendirikan kerajaan-kerajaan sendiri seperti Ternate, Tidore, dan Bacan.  

2. Ternate
Ternate pada awalnya merupakan pemukiman-pemukiman yang terdiri dari tiga kelompok besar. Banyak dari mereka yang menetap di pemukiman-pemukiman berasal dari Kerajaan Jailolo yang sebelumnya melakukan migrasi ke barat kepulauan Maluku. Mereka kemudian melakukan musyawarah untuk menunjuk penguasa yang perkembangannya akan menjadi raja dari Kerajaan Terntare.
Sida Arif, merupakan raja Ternate yang berhasil membuat Ternate sebagai pusat perdagangan dengan bangsa asing dan pedagang lainnya di Nusantara. Islam menjadi agama yang menyatu dalam kehidupan sosial dan negara sejak Ternate menjadi kesulatanan. Sultan pertama Ternate yang bernama Zainal Abidin meletakan dasar-dasar Islam di Ternate dan Maluku secara umum. Zainal Abidin kemudian mendirikan Jolebe (Departemen Agama) dan Kalem (Qadi) yang terdiri dari empat orang Imam dan delapan orang Khatib.

Ternate mengajak musyawarah kerajaan-kerajaan di Maluku untuk memeluk Islam. Musyawarah dilakukan sesuai tuntutan adat, bahwa jika satu kerajaan menemukan sesuatu hal yang baik, maka harus memberitahu kepada kerajaan-kerajaan lainnya. 

3. Tidore
Tidore pada awalnya merupakan pemukiman yang terletak di pegunungan Batu Cina, di sebelah selatan Dodinga. Sama seperti Ternate, Tidore juga tersohor keberadaannya di Dunia sebagai penghasil rempah-rempah. Ternate merupakan sebuah kerajaan tersohor di Maluku, sama seperti tiga kerajaan lainnya yaitu, Kerajaan Tidore, Kerajaan Bacan, Kerajaan Jailolo. Ternate terkenal dengan cengkehnya yang harum. Dalam politik, Ternate dan Tidore selalu bersaing ketat dalam perebutan Hegemoni di Maluku. Tidore mengarahkan ekspansinya ke arah timur. Sedangkan Ternate mengarahkannya ke arah utara dan barat.  
Islam berkembang di Tidore pada abad ke-19. Perdagangan rempah-rempah di Maluku selain diramaikan oleh orang Spanyol dan Portugis, juga diramaikan oleh orang-orang Arab, Persi dan juga orang Melayu yang berdatangan ke Tidore sejak abadke-5. Pedagang-pedagang Islam ini yang kemudian memperkenalkan Islam ketika berinteraksi dengan masyarakat lokal. 

Eksistensi Islam di Tidore kemudian berkembang ketika penguasa Tidore, Kolano Ciriati memeluk agama Islam beserta putran sulungnya yang kemudian berganti nama menjadi Sultan Jamaluddin. Selama masa kolonial VOC, Sultan Tidore, yaitu Sultan Nuku menjadi tokoh pahwalan perjuangan rakyat Tidore. Pada tahun 1780, Nuku memproklamasikan dirinya sebagai Sultan Tidore dan menyatakan kesultanannya sebagai sebuah negara merdeka yang lepas dari kekuasaan Belanda. 

4. Bacan

Bacan diketahui merupakan satu dari empat kerajaan di Maluku. Perkembangan Bacan berawal dari pemukiman yang heterogen, terdiri dari berbagai suku seperti, Makian, Galela, dan Tobelo. Tiap-tiap suku dikepalai oleh kepala suku masing-masing dan menggunakan bahasa suku masing-masing. Bahasa dan suku yang beragama membuat Bacan menjadi wilayah yang majemuk.  Islam berkembang dan menjadi identitas kerajaan sejak abad ke-16. Pada abad ke-16 Raja Bacan memeluk Islam. Sultan pertama Bacan adalah Zainulabidin. 

Ketika menjadi kesulatanan, Bacan seperti kesultanan lainnya kemudian mendirikan lembaga keagamaan dan mengkonstitusikan Islam dalam kehidupan politik. Bacan membentuk lembaga Sekretaris Kesultanan yang mendampingi Sultan dalam urusan pemerintahan. Ia menata administrasi kesultanan, terutama surat dari dan untuk kesultanan. 

Bangsa Eropa pertama kali melalui Portugis menanamkan pengaruh di Bacan pada abad ke-16. Portugis kemudian membangun benteng Fort yang kemudian kelak akan diambil alih oleh Belanda. Benteng Fort masih dapat dilihat sekarang ini. Ketika Belanda masuk ke Bacan, seperti dengan Tidore, Bacan dalam hal hubungan dengan Belanda merasa kurang diuntungkan. 

Kesultanan Bacan kemudian mengharuskan menyetujui perjanjian monopoli dengan Belanda dalam perdagangan cengkeh. Bacan memiliki pengaruh besar dalam perdagangan di Maluku. Bacan menjadi menjadi pusat distribusi pala dan cengkeh di Ternate, Tidore, Moti, dan Halmahera. 

Rujukan: 

Harun, Yahya. 1995. Kerajaan Islam di Nusantara Abad XVI dan XII. Yogyakarta: Kurnia Kalam Sejahtera
Nugroho Notosusanto, dkk. 2010. Sejarah Nasional Indonesia jilid III. Jakarta: Balai Pustaka
Hamka. 1981. Sejarah Umat Islam, Bulan Bintang. Jakarta. 
Departemen Pariwisata RI. 2012. Sejarah Masuknya Islam di Maluku. Ambon: BPSNT Ambon

Tidak ada komentar:

Posting Komentar