Selama berabad-abad, peradaban Mesir Kuno tampak misterius dan tak tergoyahkan, terbungkus dalam mitologi romantis. Source
Di antara gurun-gurun yang mengisolasinya terdapat banyak oase-oase seperti: Kharga, Bahariya, Dunqul, dan Daqla. Keadaan iklim di daerah Mesir Kuno sama seperti halnya di daerah Afrika lainnya, kering dan jarang turun hujan. Kekeringan dapat dilihat dari timur, barat, dan selatan Mesir Kuno yang dikelilingi padang pasir.
Hujan turun dengan intesitas yang kecil dan jarang terjadi, membuat hanya sedikit jenis tumbuhan yang tumbuh di Mesir Kuno. Meskipun kekeringan menjadi hal yang biasa, namun tidak berdampak pada masyarakat Mesir Kuno, mereka hidup di Sungai Nil yang tidak pernah kehabisan air. Oleh karenanya Masyarakat Mesir Kuno dapat membangun pemukiman, ladang-ladang, berkebun anggur, dan berternak.
Semua itu disediakan oleh Sungai Nil. Hal ini seperti apa yang dikatakan oleh Herodotus, bahwa �Sungai Nil adalah berkat bagi Mesir Kuno, Peradaban Mesir Kuno ada karena mereka tinggal di Lembah Sungai Nil.�
Ilustrasi Penguasa Mesir Hulu dan Mesir Hilir. Gambar: Ferrebeekeeper
Peradaban Mesir Kuno pada awalnya dibentuk oleh dua kerajaan yang mendiami hulu dan hilir Sungai Nil. Mesir Hulu diperintah oleh seorang raja yang mengenakan mahkota putih di kepalanya, sehingga kerajaan ini kerap kali di sebut sebagai Kerajaan Putih yang meliputi kota-kota di bagian selatan.
Di hilir berdiri Kerajaan Merah (Mesir Kuno Hilir) yang dipimpin oleh seorang raja yang mengenakan mahkota merah berhias ular kobra yang melilitnya. Kerajaan Mesir Hilir merupakan gabungan dari kota-kota yang berkembang di utara, termasuk kota Heliopolis dan Buto sebagai kota yang paling berkembang.
Perkembangan Mesir Kuno terjadi pada tahun 3150 SM ketika kelompok-kelompok besar di hulu dan hilir disatukan oleh Nemes , penguasa dari hulu yang kemudian menjadi penguasa pertama Mesir Kuno yang terunifikasi dari utara sampai selatan.
Peta Mesir Kuno. Foto: egypt.mrdonn.org
Nemes menyatukan kedua kerajaan dengan jalan perang saudara, setelah berhasil menyatukan seluruh wilayah Mesir Kuno di sepanjang Sungai Nil, pusat kerajaan di pindahkan ke tengah antara Fayum dan delta Sungai Nil. Ketika Nemes menguasai seluruh Mesir Kuno, ia menghancurkan pasukan dari hilir, namun tetap menjaga kegiatan pertanian dan kehidupan masyarakatnya tetap berjalan seperti biasanya. Dari sinilah kehidupan Mesir Kuno terformalisasi menjadi suatu dinasti yang berlanjut hingga ratusan tahun kemudian.
Menes merayakan kemenangan dengan membangun sebuah ibu kota di Memphis, sebagai titik pusat kekaisaran yang baru. Kota tersebut didirikan 32 kilometer di sebelah selatan bagian delta paling hulu, dekat tempat bertemunya Mesir Kuno hilir dan hulu. Memphis menjadi kota terbesar di negeri itu. Memphis bertahan sebagai ibu kota Mesir Kuno, selama 400 tahun.
Daftar Rujukan:
Gombrich, Ernst. H. 2015. Sejarah Dunia untuk Pembaca Muda. Tangerang Selatan: Marjin Kiri
Daldjoeni, N. 1995. Geografi Kesejarahan I Peradaban Dunia. Bandung: Penerbit Alumni
Bauer, Susan Wise. 2010. Sejarah Dunia Kuno: Dari Cerita-Cerita Tertua sampai Jatuhnya Roma. Terj. Aloysius Prasetya. Jakarta: Elex Media Komputindo
Holland, Julian. 2009. Ensiklopedia Sejarah dan Budaya: Sejarah Dunia Jilid I. Terj. Nino Oktorino. Jakarta: Lentera Abadi
Casson, Lionel. 1972. Mesir Kuno: Abad Besar Manusia. Terj. Murad. Jakarta: Tira Pustaka
Toynbee, Arnold. 2007. Sejarah Umat Manusia. Terj. Agung Prihantoro. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar