Harian Sejarah - India yang sekarang Nampak. Merupakan suatu rentetan persitiwa geologis yang cukup panjang. Pasca berakhirnya zaman es, suhu bumi mulai meningkat secara bertahap menuju tahap yang stabil. Jajirah India pun bertahap muncul menampakan bentuk geomorfologis yang makin mantab seperti yang sekarang kita lihat dipeta-peta sekarang ini.
Sementara itu iklim tengah mengalami goncangan berabad-abad yang terdiri atas perubahan musim-musim. Tingkat kelembaban udara, awan, dan atmosfer. Daratan India kian cocok untuk ditempati tetumbuhan dan fauna untuk hidup. Setelah datang Zaman Pluvial (zaman yang pada saat itu terjadi hujan yang begitu periodik dan berkepanjangan ) dengan hujan-hujannya yang banyak, disertai dengan suhu yang cukup hangat.
India Selatan yang secara khusus berdekatan dengan garis khatulistiwa memiliki hawa yang cukup panas, lembab dan pengap. Akan tetapi kondisi ini justru mendorong pesatnya tetumbuhan menyebar luas dan hewan-hewan berkembang biak. Di daerah ini pula telah banyak orang-orang berkulit hitam bermukim yang diperkirakan kondisi ini berlangsung pada masa Pra-Sejarah India.
Adapun India Utara agak berbeda dengan India Selatan. Hal ini dikarenakan perbedaan relief wilayah dan hutan-hutan di tanah tinggi, serta lerengnya tak begitu banyak dibandingkan dengan daratan rendahnya. Di bagian lembah sungai Indus dan Gangga, bagian-bagian dari daratan rendah yang luas itu memberikan keuntungan bagi suku-suku yang nomaden di daerah tersebut. Mata pencaharian mereka dari hasil hutan, kemudian mereka terus berkembang hingga mengenal bercocok tanam dan menjadi petani dengan membabat hutan.
Perkembangan lingkungan hidup di India membuat flora dan fauna cukup beragam. Hal ini dikarenakan cukup luasnya Jazirah India yang cukup subur. Hewan dan Tetumbuhan terdapat disekitar lembah sungai Gangga. Terdapat pula di negara-negara Asia Tenggara. Masyarakat India, yaitu Dravida sebelum kedatangan dan ekspansi bangsa Aria dari barat menggunakan jasa kuda untuk bertani. Di India Selatan, pada sudah lama dikenal dan tanaman tebu cukup berhasil tumbuh disini.
Mohenjo Daro
Mohenjo Daro
Mohenjo Daro. Foto: enkispeaks.com
Mohenjo adalah salah satu situs dari sisa-sisa permukiman terbesar dari Kebudayaan Lembah Sungai Indus, yang terletak di provinsi Sind, Pakistan. Dibangun pada sekitar tahun 2600 SM, kota ini adalah salah satu permukiman kota pertama di dunia, bersamaan dengan peradaban Mesir Kuno, Mesopotamia dan Yunani Kuno.
Harrapa
Harrapa. Foto:Pinterest
Harappa ialah sebuah kota di Punjab, timur laut Pakistan sekitar 35 km tenggara Sahiwal. Kota ini terletak di bantaran bekas Sungai Ravi.
Kota modernnya terletak di sebelah kota kuno ini, yang dihuni antara tahun 3300 hingga 1600 SM. Di kota ini banyak ditemukan relik dari masa Budaya Indus, yang juga terkenal sebagai budaya Harappa. Peradaban Lembah Indus adalah sebuah peradaban sungai kuno yang berkembah di lembah sungai Indus di India Kuno (kini di Pakistandan India Barat Laut). Peradaban ini juga dikenal sebagai "Peradaban Harappa."
Kebudayaan Indus berkembang berabad-abad lamanya, lalu mengalami kebangkitan sekitar tahun 3000 SM. Peradaban tersebut menjangkau wilayah yang kini diduduki negaraPakistan dan India Utara, tetapi tiba-tiba mengalami kemerosotan sekitar tahun 1900 SM. Pemukiman Peradaban Indus tersebar sejauh pantai Laut Arab di Gujarat di selatan, perbatasan Iran di barat, dengan kota perbatasan di Bactria. Di antara permukiman-permukiman itu, pusat kota utama berada di Harappa dan Mohenjo-daro, dan juga Lothal
Masyarakat
Orang-orang Dravida yang diperkirakan merupakan pendiri kota kuno ini sendiri menjadi tanda tanya bagi para arkeolog. Riwayat mereka tak dapat ditelusuri hingga sekarang. Bahasa dan aksara yang mereka gunakan dalam artefak-artefak yang ditemukan di sana masih belum dapat dipecahkan hingga sekarang.
Uniknya di kota tersebut tidak ditemukan bangunan untuk kegiatan religius dan tanda-tanda sistem kasta. Hal ini mengakibatkan para peneliti berspekulasi kalau masyarakat Mohenjo Daro dan Harappa merupakan peradaban yang hidup bergantung sepenuhnya pada ilmu pengetahuan (sudah meninggalkan praktik keagamaan) dan memiliki filosofi hidup yang tinggi (terlihat dari ketiadaan sistem kasta dalam hierarki sosial
Rujukan
N.Daljoeni. Geografi Kesejarahan. Jilid I. Bandung. 1991
Rhoma Dwi Aria Yuliantri. 2005. Peradaban di Lembah Sungai Indus. UNY : Yogyakarta
Uniknya di kota tersebut tidak ditemukan bangunan untuk kegiatan religius dan tanda-tanda sistem kasta. Hal ini mengakibatkan para peneliti berspekulasi kalau masyarakat Mohenjo Daro dan Harappa merupakan peradaban yang hidup bergantung sepenuhnya pada ilmu pengetahuan (sudah meninggalkan praktik keagamaan) dan memiliki filosofi hidup yang tinggi (terlihat dari ketiadaan sistem kasta dalam hierarki sosial
Rujukan
N.Daljoeni. Geografi Kesejarahan. Jilid I. Bandung. 1991
Rhoma Dwi Aria Yuliantri. 2005. Peradaban di Lembah Sungai Indus. UNY : Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar