Kamis, 04 Mei 2017

Perang Yom Kippur 1973

Tank T-55 buatan Soviet yang digunakan Suriah dalam Perang Yom Kippur 1973. Foto: Flickr

Harian Sejarah - Pada tanggal 6 Oktober 1973, dengan harapan untuk mendapatkan kembali wilayah yang hilan diduduki Israel selama perang Arab-Israel pada tahun 1967, pasukan Mesir dan Suriah melancarkan serangan terkoordinasi terhadap Israel saat  Yom Kippur, hari suci dalam kalender Yahudi.

Menyerang pasukan pertahanan Israel secara mengejutkan, pasukan Mesir memukul mundur pasukan Israel jauh ke Semenanjung Sinai, sementara Suriah berjuang untuk menduduki kembali Dataran Tinggi Golan yang dikuasai oleh Israel. Israel kemudian melakukan serangan balasan dan merebut kembali Dataran Tinggi Golan. Sebuah gencatan senjata akhirnya diberlakukan pada tanggal 25 Oktober 1973.

LATARBELAKANG PERANG YOM KIPPUR 1973
Presiden Mesir, Anwar Sadat dalam Perang Yom Kippur. Foto: haaretz.com
Kemenangan Israel dalam Perang Enam Hari tahun 1967 mengakibarkan Israel kemudian memperluas empat kali luas wilayah yang dikuasainya. Mesir kehilangan Semenanjung Sinai dengan luas 23.200 mil persegi dan Jalur Gaza, Yordania kehilangan Tepi Barat dan Yerusalem Timur, dan Suriah kehilangan Dataran Tinggi Golan yang strategis.

Ketika Anwar el-Sadat menjadi presiden Mesir pada tahun 1970, ia menyadari bahwa Mesir tidak dapat melanjutkan peperangan dengan Israel karena ekonomi negara tersebut yang sedang terpuruk. Sadat ingin meciptakan perdamaian, stabilitas dan kembalinya Semenanjung Sinai, namun setelah kemenangan Israel tahun 1967, tidak mungkin perdamaian dengan Israel akan menguntungkan Mesir. Sadat kemudian menyusun rencana berani untuk menyerang Israel lagi. Meskipun jika serangan tersebut tidak berhasil, Sadar berusaha meyakinkan orang Israel bahwa perdamaian dengan Mesir diperlukan jika tidak ingin mengalami serangan terus menerus.

Pada tahun 1972, Sadat mengusir 20.000 penasihat Soviet dari Mesir dan membangun hubungan diplomatik baru dengan Washington, D.C., sebagai sekutu kunci Israel yang akan menjadi mediator penting dalam perundingan damai di masa depan. Sadat kemudian membentuk sebuah aliansi militer baru dengan Suriah, serta menyusun sebuah serangan terpadu terhadap Israel direncanakan.

PERANG YOM KIPPUR : OKTOBER 1973
File:Bridge Crossing.jpg
Pasukan Mesir melintasi Terusan Suez pada Oktober 1973. Foto: Pinterest
Ketika perang Arab-Israel keempat dimulai pada tanggal 6 Oktober 1973, banyak tentara Israel menjauh dari pos-pos mereka yang mengawasi Yom Kippur dan tentara Arab membuat kemajuan yang mengesankan dengan persenjataan Soviet mereka lebih modern. Pasukan Irak segera bergabung dalam perang tersebut, dan Suriah mendapat sokongan dari Yordania.

Setelah beberapa hari, pasukan Israel dimobilisasi sepenuhnya, dan Pasukan Pertahanan Israel mulai memukul mundur gerak maju pasukan Aliansi Arab dengan. Persenjataan A.S. membantu Israel dalam pertempuran melawan pasukan Arab dengan persenjataan buatan Soviet, namun Presiden Richard Nixon kemudian menunda bantuan militer darurat selama sepekan, secara diam-diam AS mulai bersimpati terhadap Mesir. Pada tanggal 25 Oktober, sebuah gencatan senjata Mesir-Israel dijamin oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa.

DAMPAK PERANG YOM KIPPUR
Presiden Mesir, Anwar Sadat (Kiri), Presiden AS, Richard Nixon, dan PM Israel, Menachem Begin dalam Perjanjian Damai Mesir Israel di Waschington D.C. Foto: Pinterest
Perang Yom Kippur kemudian dimenangkan oleh Israel, meskipun demikian Israel harus menderita kerugian yang besar. Pada bulan April 1974, PM Israel Gold Meir mengundurkan diri setelah serangkaian kritik bahwa pemerintah kurang persiapan menghadapi pasukan Arab, sehingga mengakibatkan banyak korban jiwa dari orang-orang Israel.

Meskipun Mesir telah kembali menderita kekalahan dari Israel, citra Mesir dalam pertempuran meningkatkan prestise Sadat di Timur Tengah dan memberinya kesempatan untuk mencari kedamaian. Pada tahun 1974, satu dari dua perjanjian perdamaian Mesir-Israel dilakukan mengakibatkan kembalinya bagian Sinai ke Mesir.

Pada tahun 1979 Sadat dan Perdana Menteri Israel Menachem Begin menandatangani perjanjian perdamaian lanjutan antara Mesir dan Israel. Pada tahun 1982, Israel memenuhi perjanjian damai 1979 dengan mengembalikan Semenanjung Sinai ke Mesir.

Bagi Suriah, Perang Yom Kippur adalah sebuah bencana. Gencatan senjata Mesir-Israel yang tak terduga mengekspos Suriah pada kekalahan militer, dan Israel merebut lebih banyak lagi wilayah di Dataran Tinggi Golan. Pada tahun 1979, Suriah kemudian mengajak dan mendukung negara-negara Arab lainnya untuk mengusir Mesir dari Liga Arab karena dianggap sebagai pengkhianat dan mementingkan diri sendiri.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar