Selasa, 14 Juni 2016

PERAN MANIFESTO POLITIK 1925, KONGRES 1928 DAN PEREMPUAN PERTAMA DALAM PROSES PEMBENTUKAN IDENTITAS KEBANGSAAN INDONESIA


Putri lestari/14B

1.     Peran Manifesto Politik 1925 dalam Proses Pembentukan Identitas Kebangsaan Indonesia
Pada tahun 1908 di negeri belanda berdirilah organisasi Indische Vereenlging. Organisasi ini didirikan oleh Sutan Kasayangan Sorlpada, R.N. Noto Suroto, R.P. Sosrokartono, R. Husin Djayadiningrat, Notodiningrat, Sumitro Kolopaking dan dr. Apituley.Tujuan organisasi ini adalah memajukan kepentingan-kepentingan orang-orang yang berasal dari Indonesia, yaitu orang-orang pribumi dan non pribumi. Pada mulanya oraganisasi ini bersifat social budaya, namundengan berakhirnya perang dunia dan imperialismu mereka merubah suasana semangat ke dalam bidang politik.Nasionalisme berkembang di Eropa. Nasionalisme merupakan kesetiaan manusia sebagai warga negara pada kepentingan bangsanya. Nasionalisme dapat diartikan sebagai perasaan cinta terhadap tanah airnya yang di timbulkan perasaan tradisi (sejarah, agama, bahasa, kebudayaan, pemerintahan dan tempat tinggal) dan mempertahankan serta mengembangkan tradisi milik bersama.
Manifesto politik adalah suatu pernyataan terbuka tentang tujuan dan pandangan seseorang atau suatu kelompok terhadap masalah negara. Pada pergerakan nasional, Indonesia mengeluarkan pernyataan politik yang berkaitan dengan nasib dan masa depan bangsanya.Pada bulan Maret 1923
Majalah Hindia Poetra menyebutkan bahwa asas dari organisasi Indonesische Vereeniging itu adalah: Mengusahakan suatu pemerintahan untuk Indonesia, yang bertanggung jawab hanya kepada rakyat Indonesia semata-mata, bahwa hal yang demikian itu hanya akan dapat dicapai oleh orang Indonesia sendiri bukan pertolongan siapapun juga; bahwa segala jenis perpecahan tenaga masalah dihindarkan, supaya tujuan itu lekas tercapai.Sejak tahun 1923 Indonesische Vereeniging aktif berjuang bahkan mempelopori dari jauh perjuangan kemerdekaan untuk seluruh rakyat Indonesia.Cita-cita perhimpunan Indonesia tertuang pada empat ideologi dengan memperhatikan masalah sosial, ekonomi dengan menempatkan kemerdekaan sebagai tujuan politik yang dikembangkan sejak tahun 1925 berikut:
�          Kesatuan Nasional: Mengesampingkan perbedaan sempit seperti yang berkaitan dengan kedaerahan, perlu dibentuk suatu keatuan untuk melawan Belanda
�          Solodaritas: Terdapat perbedaan kepentingan yang sangat mendasar antara penjajan dengan ang dijajah.
�          Non Kooperasi: Kemerdekaan bukanlah hadiah, maka hendaknya dilakukan perjuangan sendiri tanpa mengandalkan lembaga yang ada
�          Swadaya: Perjuangan yang dilakukan harus mengandalkan kekuatan sendiri.
Dalam deklarasi ditekankim pula pokok-pokok seperti ide unity (kesatuan), equality (kestaraan) dan liberty (kemerdekaan). Perhimpunan Indonesia percaya bahwa semua orang di Indonesia dapat menerima dan menciptakan gerakan yang kuat dan terpadu untuk memaksakan kemerdekaan kepada pihak Belanda. Cita-cita Perhimpunan Indonesia yang mengandung empat pokok ideologi yang dikembangkan sejak tahun 1925 yaitu, kesatuan nasional, solidaritas, non kooperasi dan swadaya.
2.     Peran kongres Pemuda 1928 dalam Proses Pebentukan Identitas Kebangsaan Indonesia
Sejak berdirinya Budi Utomo (20 Mei 1928) maka muncullah organisasi-organisasi pergerakan kebangsaan di berbagai daerah, antara lain yaitu organisasi pemuda Tri Koro Dharmo (7 Maret 1915). Untuk menghindari perpecahan pada waktu kongres di Solo ditetapkan bahwa , mulai tanggal 12 juni 1928 namanya siubah menjadi Jong Java. Wadah kegiatan-kegiatan itu dikenal dengan nama Kongres Pemuda atau disebut juga Sumpah Pemuda.Organisasi yang bernama Jong Indonesia yang didirikan pada Februari 1927 ini kemudian mengganti nama mnejadi Pemuda Indonesia. Para anggotanya terdiri dari murid-murid yang berasal dari AMS, RHS, dan Stovia. Pertemuan awalnya dimulai 15 November 1925 dengan membentuk panitia Kongres Pemuda pertama yang bertugas menyusun tujuan kongres.
a.       Kongres pemuda (30 April � 2 Mei 1926)
1.       Tempat Kongres di Jakarta
2.       Tujuan kongres: Menanamkan semangat kerjasama antara perkumpulan pemuda di Indonesia untuk menjadi dasar bagi persatuan Indonesia.
3. Hasil Kongres:
    a.) mempersiapkan Kongres pemuda II
    b.) mengusulkan semua perkumpulan pemuda aga bersatu dalam satu organisasi pemuda   Indonesia.
Pada tahun 1928 alam pikiran pemuda Indonesia sudah mulai dipenuhi jiwa persatuan rasa bangga dan rasa memiliki cita-cita tinggi yaitu Indonesia medeka, telah mencengkeram jiwa rakyat Indonesia.
b. Kongres pemuda II
Kongres ini berlangsung digedung Indonesia club, di Jl. Kramat Raya 106, Jakarta. Pada tanggal 27-28 Oktober 1928. kongres ini terlaksana atas inisiatif dari PPPI dan Pemuda Indonesia. Ketuanya adalah Sugondo Joypuspito. Keputusan-kepeutusannya adalah:
1.)    mengucapkan ikrar sumpah pemuda
2.)    menetapkan lagu Indonesia Raya sebagai lagu kebangsaan
3.)    menetapkan sang merah putih sebagai bendera Indonesia
4.)    melebur semua organisasi Pemuda menjadi satu dengan nama Indonesia Pemuda
Semangat persatuan dan kesatuan yang menjiwai partai-partai diwujudkan dalam wadah baru bernama Gabungan Poliyik Indonesia (GAPI). Beberapa perkumpulan wanita bergabung dalam Perhimpunan Isteri Indonesia, juga semua organisasi kepanduan yang membentuk persatuan dengan nama Badan Pusat Persaudaraan Kepaduan Indonesia (BPPKI).
Ada beberapa makna yang terkandung didalam Sumpah Pe,uda yaitu sebagai berikut:
1.       Dikalangan tokoh-tokoh pergerkan telah ada, perubahan pola piker dari lingkup etnis kedaerahan ke cakrawala nasional
2.       Perubahan pola piker itu melahirkan kesadaran nasional bahwa seluruh penduduk yang mendiami kepulauan Nusantara menjadi satu bangsa besar dengan nama Indonesia
3.       Untuk keperluan persatuan dalam pergerakan disepakati menggunakan bahasa Melayu sebagai media perjuangan.
Dalam Kongres Pemuda itu Identitas Kebangsaan Indonesia semakin terbentuk, identitas itu kini berwujud: tanah air, bangsa, bahasa dan persatuan dengan nama Indonesia. Karena pentingnya Kongres Pemuda II, maka tanggal 28 Oktober ditetapkan sebagai Hari Pemuda.
3. Peran Kongres Permpuan Pertama dalam Proses Pembentukan Identitas Kebangsaan Indonesia
Pergerakan Kaum Wanita di Indonesia dirintis oleh R.A Kartini (1879-1904). Perjuangan R.A Kartini memunculkan semangat nasionalisme bagi kaum wanita. Penerus R.A Kartini adalah Dewi Sartika (1884-1974) dari Jawa Barat.
Berkat cita-cita Kartini, munculah gerakan pendidikan wanita di Indonesia.
a.       Putri Mardika (1912) di Jakarta
Perkumpulan Putri Mardika bertujuan mencari dana bagi gadis-gadis yang ingin memberi nasihat bagi kaum putri.
b.      Kartinifonds (Dana Kartini)
Perkumpulan ini didirikan oleh C. Th. Van Deventer. Sekolah Kartini didirikan di Semarang pada tahun 1913
c.       Keutamaan Istri (1913) di Tasikmalaya
Perkumpulan ini menaungi sekolah yang didirikan Dewi Sartika.
d.      Kerajaan Amai Setia di Sumatera Barat
Organisasi ini berdiri di Padang pada tahun 1914 oleh Rohana Kudus. Tujuannya untuk meningkatkan derajat Kaum Wanita melalui pendidikan, membaca, menulis, berhitung maupun membuat kerajinan tangan.
e.      Organisasi-organisasi Kewanitaan Lain
Organisasi kewanitaan lainnya, missal Budi Wanito Solo (1919), Wanito Mulyo di yogya dan Wanito Utomo di Yogya (1921), Wanito katholik di Yogya (1921), Wanito Taman Siswa (1922), Wanudyo Utomo dan Puteri Indonesia (1927).Organisasi kewanitaan sudah mulai berkembang sejak tahun 1920. Kongres Perempuan I diadakan pada 22 Desember 1928 di Yogyakarta, dipimpin oleh R.A Sukanto. Tujuan Kongres Permpuan I:
1.       Mempersatukan cita-cita dan usaha memajukan kaum wanita
2.       Menyatukan organisasi-organisasi wanita yang beraneka ragam
Di Kongres ini membicarakan masalah persatuan di kalangan wanita, poligami dan perceraian, dan sebgainya. Keputusan yang diambil dalam Kongres tersebut adalah mendirikan gabungan perkumpulan wanita yang disebut Perserikatan Perempuan Indonesia (PPI). PPI berganti nama menjadi PPII (Perserikatan Perhimpunan Istri Indonesia) pada tahun 1929. Karena pentingnya kongres ini, tanggal 22 Desember ditetapkan sebagai Hari Ibu.
Pengaruh Kongres Permpuan I dalam Perjuangan Indonesia:
1.       Merupakan kebangkitan kesadaran nasional di kalangan wanita
2.       Membuka kesadaran kaum wanita untuk ikut berjuang dalam bidang pendidikan dan kebudayaan social, ekonomi, politik dan lain-lain
Daftar pusaka
Muljana, Slamet, 2008. Kesadaran Nasional: Dari Kolonialisme sampai Kemerdekaan, Jilid I dan II. Yogyakarta: LkiS
Purwanto, Bambang, 2012 "Belajar dari Mohammad Hatta: Nasionalisme Masa Lalu, Kebangsaan Masa Kini, dan Indonesia Masa Depan", Makalah, diseminarkan di UNY Yogyakarta
Scherer, Savitri, 2012, Keselarahan dan Kejanggalan Pemikiran-Pemikiran Priyayi Nasionalis Jawa awal Abad XX.Jakarta: Komunitas Bambu.
Usman, S. 1999, "Arah gerakan Mahasiswa: Gerakan Politik ataukah Gerakan Moral" Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Vol 3, No 2, November 1999.
Van Miert, Hans, 2003, Dengan Semangat Berkobar, Nasionalisme dan Gerakan Pemuda di Indonesia, 1918-1930.Jakarta: Hasta Mitra, Pustaka Utan Kayu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar