Senin, 08 Januari 2018

Perjuangan Imam Khomeini Melawan Politik Tangan Besi Rezim Shah (Revolusi Islam di Iran)


Elyas Syaputra / PIS / 17A

Revolusi Iran merupakan revolusi yang mengubah negara Iran dari Monarki di bawah Shah Mohammad Reza Pahlavi menjadi Republik Islam yang dipimpin oleh Ayatullah Agung Ruhollah Khomeini. Sering disebut pula revolusi terbesar ketiga setelah Revolusi Perancis dan Revolusi Bolshevik. Revolusi Iran disebabkan oleh kekalahan perang, krisis moneter, pemberontakan petani atau ketidakpuasan militer menghasilkan perubahan yang sangat besar dengan kecepatan tinggi mengalahkan sebuah rezim walupun rezim itu dilindungi oleh angkatan bersenjata yang dibiayai besar besaran dan mengganti monarki kuno dengan ajaran teokrasi yang didasarkan atas Guardianship of the Islamic Jurists. Revolusi Islam Iran Kebangkitan besar luar biasa berpengaruh. Revolusi tak mungkin dikenal tanpa nama Khomeini. Ketikan Revolusi Islam meraih kemenangan, revolusi dan transformasi politik serta sosial di  berbagai negara hanya memiliki dua pilihan, sistem Komunis atau Kapitalis. Namun imam khomeini melalui pandangan jauh ke depannya dan sebagai ulama terkemuka mengusulkan Republik islam kepada rakyat dan rakyat pun menerimanya secara terbuka.

A.    Rezim Shah Mohammad Reza Pahlavi
Pada tahun 1974 Shah membentuk partai Sosialis Restakhirz dan mengumumkan satu-satunya partai Republik Iran. Partai ini berasaskan tiga prinsip yaitu: berdasarkan undang-undang, pemerintahan kerajaan, dan revolusi Shah dan rakyat. Pada tahun 1976 pemerintahan Shah membangkitkan kemarahan penduduk Muslim Iran dengan mengganti kalender Islam Hijriah yang biasa digunakan kaum Muslim Iran ke kalender yang dipakai pemerintah kerajaan. Shah menjalankan pemerintahan yang brutal, korup dan boros. Kebijakan ekonomi yang ambisius menyebabkan inflasi tinggi, kelangkaan dan perekonomian yang tidak efisien. Kebijakan shah yang kuat untuk melakukan kegiatan westernisasi dan kedekatan dengan kekuatan barat (Amerika Serikat)
B.     Awal Perjuangan Umat Islam
Syahidnya Ayatullah Al-Hajj Sayyid Mustafa Khomeni menyulut gelora perjuangan yang selama ini dilakukan di bawah tanah. Perjuangan itu kian membara setelah Koran ettelaat memuat tulisan artikel yang meghujat Imam Khomeni dan Ulama secara umum. Masyarakat Muslim melakukan aksi demo dan memprotes kekurangajaran Koran etalaat aksi demo berujung pada pembantaian pada peristiwa pembantaian yang dilakukan tentara terhadap warga di kota Qom. Gerakan kebangkitan rakyat terus terjadi di beberapa kota penting, seperti Qom, Tabriz, Isfahan, Yazd, Shiraj dan kota lainnya. Puncak politik tangan besi rezim shah terjadi peristiwa 17 Shahrivar 1357.
Sementara itu, menteri luar negeri Iran dan Irak mengadakan pertemuan di New York dan memutuskan mengeluarkan Khomeini dari Irak. Pada 24 September 1978 rumah Imam Khomeini di Najaf dikepung oleh tentara Irak. Berita pengepungan ini menyulut kemarahan umat Islam, pada 4 Oktober 1978 Imam Khomeini berencana meninggalkan Najaf menuju Kuwait. Akan tetapi, atas desakan rezim shah pemerintahan Kuwait menolak kehadiran Imam Khomeini. Kemudian Imam Khomeini merencanakan hijrah ke Lebanon atau Syiria. Namun setelah bermusyawarah dengan putranya Hojjatul Islam Al-Hajj Sayyid Ahmad khomeni, Imam Khomeini akhirnya hijrah ke Paris. Imam Khomeini tiba di Paris pada 6 Oktober 1978 dan bertempat tinggal di rumah seorang warga Iran bernama Sayyid Askari di daerah Neauphle-le-chateau. Selama di Prancis Imam Khomeini diminta menjauhi segala bentuk aktivitas politik oleh para pejabat prancis. Imam Khomeini menegaskan bahwa pembatasan seperti itu bertentangan dengan prinsip demokrasi yang dianut Prancis. Beliau menyatakan tidak akan berhenti memprjuangkan cita-citanya meskipun harus berpindah-pindah " Saya yakin bahwa situasi di sini tidak seperti di irak, namun saya akan menyampaikan kata-kata saya kemanapun saya pergi. Saya akan pergi dari satu bandara ke bandara lain, dari satu kota ke kota lain. Sehingga saya dapat umukan kepada dunia bahwa seluruh orang zalim di bumi ini telah bersekongkol untuk menghalangi suara kami orang-orang yang tertindas. Namun, saya tetap akan melanjutkan suara rakyat Iran yang berani ke seluruh penjuru dunia dan saya akan mengatakan kepada dunia apa yang telah terjadi di Iran."
Pada 1978 Imam Khomeini melarang penyelenggaraan perayaan Nauruz dan 15 Sya'ban. Acara tersebut justru berubah menjadi pemogokan rakyat dan revolusi terhadap pemerintah. Dalam pernyataannya dalam rangka menyambut bulan Ramadhan Imam Khomeini mengeluarkan fatwa wajib bagi para dai untuk membongkar berbagai tindak kejahatan Shah di atas podium, selama melakuakn tablig di bulan Ramadhan. Revolusi masyarakat hingga ke seluruh penjuru kota dan desa di Iran. Revolusi ini kemudian pecah di kota Isfahan pada bulan Ramadhan tersebut.
C.     Pergantian Kekuasaan
Kemudian terjadilah pembantaian di Adaban pada 9 Agustus 1978 yang dilakukan aparat militer SAVAK yang mengakibatkan terbunuhnya ratusan ribu manusia tak berdosa. Pemerintahan amuzghar jatuh dan digantikan oleh perdana menteri baru bernama ja'far Syarif imami yang merupakan anggota dewan senat pemerintahan shah.
Ja'far Syarif Imami membentuk kabinet baru bernama kabinet Keselamatan Nasional. Ia melaksanakan taktik politik atas petunjuk kedutaan Amerika di Tehran dengan beberapa kebijakan. Ja'far Syarif Imami mengaku bahwa dirinya pengikut Sayyid Syari'atmadari dan pendukung ulama. Ia menegembalikan kalender Hijriah sebagai kalender resmi Negara. Sementara, Imam Khomeini tetap bersikap teguh mengajak bangsa Iran bersikap teguh melakukan revolusi untuk meruntuhkan pemerintahan kerajaan dan mendirikan pemerintahan islam. Shalat Idul Fitri pada 4 september 1978 di Qaethariyah, Tehran dengan imam Dr. Syahid Mufattah menjadi ajang unjuk kekuatan oposisi terhadap pemerintahan shah dan dukungan rakyat terhadap imam Khomeini dan setelah sholat Idul Fitri terjadi demonstari besar di Teheran. Akibatnya pemerintah mengumumkan keadaan darurat di Teheran dan 12 kota besar lainnya.

D.    Black Friday
Pada 7 September 1978, sebanyak 500.000 demonstran berkumpul di Teheran untuk menyanggah pengumuman hukum Darurat Perang oleh Dekrit kerajaan. Rakyat berupaya meneruskan demonstrasi hingga hari Jumat dan sepanjang hari para demonstran meneriakkan slogan " kematian bagi Shah! " dan pada 8 September terjadilah jum'at berdarah yang memakan ribuan korban jiwa. Ketika ribuan orang berkumpul dilapangan untuk melanjutkan demonstrasi, tiba-tiba tentara shah datang dan menghujani dengan peluru dan sekitar 4000 orang gugur sebagai syahid dan pemerintah juga mengumumkan para syuhada yang gugur dalam peristiwa tersebut hanya 58 orang dan 25 orang mengalami luka-luka. Peristiwa Black Friday merupakan Titik balik bagi Revolusi.
E.     Kembalinya Imam Khomeini Ke Iran
Imam Khomeini memutuskan untuk kembali ke Iran. Sekitar 14 tahun rakyat merindukan kembalinya Imam Khomeini ke negerinya. Imam Khomeini kembali ke Iran dengan menyewa pesawat dan pengamanan dari rumah tempat Imam Khomeini tinggal hingg bandara ditangani kepolisian Prancis. Dalam perjalanan rombongan Imam Khomeini ditemani 150 orang wartawan dan tiba di Iran bersama sekitar 200 orang.
Akhirnya pada pukul 09:30 pagi, tanggal 1 januari 1979 pesawat yang ditumpangi Imam Khomeini mendarat di Bandara Mehrabad, Tehran. Setelah turun dari pesawat Imam Khomeini menyampaikan Beberapa patah kata kepada rakyat Iran yang menyambutnya di bandara. Setelah itu Imam Khomeini langsung menuju Behest-e Zahra, pemakaman para syuhada revolusi. Ayatullah Montazeri dan Ayatullah Telegani meminta Imam agar langsung menuju kediamannya, namun Imam Khomeini berketetapan hati untuk pergi ke Behest-e Zahra.
Banyak manusia yang memadati jalan-jalan dari bandara hingga Behest-e Zahra sehingga mobil yang ditumpangi Imam Khomeini sulit bergerak bahkan beliau tidak dapat berjalan masuk ke pemakaman. Sampai-sampai untuk menuju podium yang telah disediakan Imam Khomeini harus mengguanakan helikopter meskipun jaraknya hanya beberapa ratus meter dan di Behest-e Zahra menyampaikan pidato agung yang bersejarah.
F.      Kemenangan Umat Islam
Saat-saat kemenangan revolusi islam tiba sepuluh hari setelah kedatangan Imam Khomeini, selama sepuluh hari itu disebut Asyaratu Al-Fajri, setiap hari Imam Khomeini menemui kelompok-kelompok pengunjung dari berbagai penjuru Iran yang menyatakan Baiat (janji setia) dan yang paling menonjol adalah janji setia para perwira angkatan darat dan para perwira angkatan udara pada 8 Februari 1979. Pada 10 februari 1979 pemerintah mengumumkan keadaan darurat secara total, menurunkan seluruh tank dan buldoser ke jalan untuk menumpas revolusi tetapi dapat digagalkan dengan berbagai sarana dalam waktu sangat cepat. Imam Khomeni menyampaikan pidato ke seluru rakyat Iran " Sesungguhnya pengumuman keadaan darurat yang diumumkan hari ini merupakan tipu muslihat dan bertentangan dengan syariat. Oleh karena itu hendaknya rakyat tidak memperdulikannya selamanya."
Pagi hari 11 Februari 1979, dengan kaburnya Bakhtiar ke luar negeri kekuasaan Shah  Pahlevi berakhir dan digantikan pemerintahan baru dengan system Rpublik Islam. Pada tanggal 30 dan 31 Maret 1979 pemerintahan sementara meminta semua warga Negara Iran yang berusia 16 tahun atau lebih, laki-laki dan perempuan untuk memilih dalam referendum untuk menerima Republik Islam sebagai bentuk pemerintahan konstitusi yang baru. Lewat kotak suara, lebih dari 98% memilih mengganti monarki dengan Republik Islam. Pemilihan selanjutnya diselenggarakan untuk meminta persetujuan atas rancangan konstitusi yang baru. Selain posisi pemimpin tertinggi, konstitusi juga mensyaratkan presiden dipilih setiap empat tahun, tetapi hanya kandidat yang diseujui oleh Dewan Garda yang boleh mengikuti pemilihan. Imam Khomeini sendiri menjadi pemimpin seumur hidup dan secara resmi dinyatakan sebagai "Pemimpin Revolusi". Pada 4 Februari 1980 Abolhassan banisadr terpilih sebagai presiden pertama dalam pemerintahan Republik Islam.
G.    Pengaruh Revolusi Iran
Pasca revolusi timbul kekhawatiran dari Barat bahwa revolusi iran akan berdampak bagi kebangkitan umat islam khusunya aliran syi'ah di berbagai belahan negara lain. Kekhawatiran itu akhirnya terbukti dengan berbagai pergerakan syi'ah di berbagai wilayah timur tengah. Di Lebanon berdiri tiga kelompok syi'ah dan satu kelompok sunni yang berorientasi ke republik Islam Iran. Di kawasan Teluk Parsi, dan Palestina muncul gerakan kaum syi'ah yang menghendaki perubahan sistem politik dan bentuk negara dari Monarki menjadi Republik Islam.

Daftar Pustaka
1.                  Fauziana, Rahma, Diyah dan Mujib, Irsam, Izzudin. 2010, Khomeini dan Revolusi Iran. Narasi
2.                  https://id.wikipedia.org/wiki/Revolusi_Iran

Tidak ada komentar:

Posting Komentar