Minggu, 07 Januari 2018

KETEGANGAN FILIPINA-AMERIKA DALAM PERJALANAN SEJARAH


JUICA PRASMI/17A/PIS

Perang Filipina Amerika adalah anatara Republik Filipina Pertama dan Amerika serikat yang terjadi anatara 1899 sampai paling tidak 1902. Perang ini terjadi karena perjuangan politik Filipina yang menentang pendudukan AS terhadap Filipina, perang ini dimulai pada tanggal 2 febuari 1899. Meskipun konflik ini diumumkan berakhir pada 1902, pasukan colonial Amerika tetap melanjutkan permusuhan terhadap sisa-sisa Angkatan Bersenjata Filipina dan keompok penentang lainnya sampai 1913, dan beberapa sejarawan menganggap perpanjangan ini sebagai bagian dari perang.
Bagi kalangan yang cukup luas di Filipina, amerika serikat masih selalu memiliki keuasaan yang nyaris dapat dikatakan magis selaku penolong, tetapi juga sebagai penindas. Dalam alam pikiran rakyat Filipina , banyak yang beranggapan bahwa Amerika Serikat memiliki kemampuan yang hampir tak terbatas untuk membentuk dan menentukan masa depan Filipina, baik secara positif dan negative.

Pada kenyataanya, Produk Nasional Bruto(GNP) Amerika Serikat yang mendekati separuh GNP seluruh dunia, kini hanya mencapai seperlimanya. Dan pengalaman pahit di Vietnam telah mengubah pikiran orang-orang Amerika yang mulanya merasa tidak mungkin bias dikalahkan , karena dalam berbagai peperangan yang terjadi sejak 1846 sampai 1945 selalu tampil sebagai pihak yang menang. Amerika Serikat telah belajar untuk berhati- hati mengenai kemungkinan taktis dari pengerahan kekuatan dalam menghadapi situasi-situasi yang jauh lokasinya. Bangkitnya Uni soviet menjadi kekuatan strategis yang seimbang di segi militer telah memperteguh  realism yang baru ini.
Sekalipun Amerika Serikat dewasa ini merupakan Negara adidaya yang agaknya sudah tahu diri pada umumnya bersikap hati-hati, begitu pula kemampuan dan maksud-maksudnya sehubugan dengan Filipina bukan tida ada batas-batasnya, namun orang Filipina dengan tepat melihat bahwa sangat besarnya ukuran dan kemampuan Amerika Serikat dalam berbagai hal yang memang merupakan faktor penentu dari sebagian besar perkembangan sejarah hubungan antara kedua Negara. Tetapi argumentasi yang mengetengahkan kekuatan militer dan ekonomi Amerika Serikat semata-mata tidak memadai untuk menjelaskan adanya sikap mengandalkan dan juga perasaan dendam di pihak Filipina, yang mewarnai hubungan tersebut. Perasaan-perasaan yang saling bertentangan ini timbul karena dampak kumulatif pola-pola sosial Amerika serta norma- norma kebudayaanya dan perspektif- perspektif politiknya; semuanya ini sangat merasuk, dan anehnya untuk sebagian besar berlangsung tanpa disadari serta tidak dilandasi kebijaan-kebijakan tertentu.
Dalam membandingkan diri sendiri dengan Filipins , Negara Negara lain di Asia Tenggara cenderung merasa jauh lebih kebal terhadap pengaruh kolonia, dan bahwa mereka kini beroperasi dengan landasan tradisi yang lebih teguh serta dengan kedudukan otonomi yang lebih sejati.  Secara objektif itu mungkin saja benar.  Namun pemilikan lebih mendalam tentang hubungan Filipina-Amerika Serikat tidak akan menyebabkan pihak-pihak yang terlibat, lebih mudah memperoleh pandangan objektif. Orang Filipina selama ini cenerung mencontoh gaya-gaya Amerika, bahkan sementara mereka melakukan perlawanan menentang kehadiran Amerika Serikat. Sedangkan orang Amerika cenderung melihat Filipina melalui kaca mata subjektif yang begitu buram karena terselubung kesibukan dengan diri sendiri, sehingga nyaris tidak bias melihat apa- apa dengannya.
Penaklukan dan Reaksi
Sama sekali tidak ada rencana di pihak Amerika Serikat untuk menguasai Filipina; di lain pihak, peluang untuk melakukannya jugak tidak disia-siakan. Dalam abad kesembilan belas, Amerika Serikat yang waktu itu merupakan republic yang masih muda, melebarkan sayap ke seluruh penjuru benua, memasukkan kawasan-kawasan berpenduduk jarang ke dalam kerangka konstitusionalnya dengan kedudukan sebagai Negara-negara bagian. Sementara masih sibuk mengisi wilayahnya dengan para pendatang baru yan kebanyakan berebangsaan Eropa, Amerika Serikat mulai menyadari kemampuannya untuk tampil sebagai kekuatan ekstrakontinopel. Dan ditemukan suatu peuang di mana kemampuan dibarengi oleh kemauan.
Sementara itu, di Kuba dan Filipina yang merupakan daerah jajahan terakhir Spanyol, pada waktu bersamaan terjadi kerusuhan- kerusuhan(1896-1898);dinamika revolusioner di kedua kawasan itu meledak dalam bentuk pemberontakan terhadap kekuasaan Spanyol yang sudah rapuh. Peristiwa- peristiwa yang membawa Amerika Serikat ke Kuba, di mana yang paling utama adalah serangan yang menyebabkan musnahnya kapal perang Maine , juga menyebabkan kedatangannya Filipina. Tetapi kenapa kawasan pasifik yang begitu jauh , di samping Karabia yang dekat letaknya. Dalam kedudukannya selaku pembantu Menteri Angkatan Laut, Roosevelt mengerahkan kekuatan Amerika Serikat ke Manila, di bawah pimpinan Laksmana Dewey. Sementara Amerika Serikat berhasil mengalahkan Spanyol di Filipina , Roosevelt sendiri meletakkan abatan guna memimpin pasukan sukarelawan menyerbu  Kuba.
Walaupun baik di Kuba maupun Filipina, Amerika Serikat berhasil dengan mudah mengalahkan spanyol , namun di Filipina setelah itu menyusul perlawanan sengit oleh rakyat Filipina. Tentara nasionalis pemimpinan Aquinaldo serta pasukan- pasukan gerilya lainnya mengadakan perlawanan gigih, sehingga pengundangan keadaan darurat perang oleh Amerika Serikat baru dicabut kembali pada tahun 1901.
Amerika Serikat disini melangkah masuk ke dalam kancah revolusi yang terakhir melawan Spanyol di Amerika Latin, dan bersamaan dengan itu juga melibatkan diri dalam revolusi Asia yang pertama menentang kekuatan Barat. Di Filipina sekalipun Amerika Serikat menang, pada gilirannya harus memikul tanggung jawab atas kemenangan itu. Kebanggan impreliastik yang timbu di sementara kalangan di Amerika Serikat ditanggapi dengan kekecewaan di kalangan lainnya yang berhaluan antipenjajahan. Apakah yang menyebabkan Amerika Serikat tidak menginginkan antipenjajahannya dalam kasus Filipina. Negara itu digerakkan oleh logika ekspansi yang mendorong kebanyakan wujud kesatuan politik  untuk berkembang terus sampai akhirnya ada yang membendung Amerika Serikat dengan sigap memanfaatkan pulang strategis yang timbu Filipina untuk melengapi dirinya sebagai kekuatan ekonomi dengan peranan sebagai pengajar dan pelindung untuk memenuhi misinya demi deemokrasi dan agama.           
Namun walau pada awalnya terdapat sikap menolak, kemudian di susul uga kebijakan- kebijakan dasar untuk Filipina oleh Menteri Peperangan Amerika Serikat Elihu Root(1899-1904) untuk menyesuaikan dengan adat-istiadat, kebiasaan,dan bahkan juga dengan pelaksanaan Filipinisasi di segala bidang dan lapisan pemerintahan. Dengan ini, Filipina lama kelamaan terbentuk dalam pola asimilasi yang meluas ke seluruh negeri pada gaya pihak penjajah yang menengang kepentingan- kepentingan dan aspirasi- aspirasi rakyat setempat. Reaksi- reaksi timbul diwakili oleh enam orang berikut ini :
1.    Felipe Salvador yang bertempur sebagai pemimpin gerilya melawan Spanyol dan kemudian Amerika Serikat , tahun 1903 muncul sebagai "Paus" Santa Ignesia, suatu kelompok mistik dan militant , yang selama beberapa tahun melakuka perlawanan terhadap rezim penjajahan. Ia tewas di tiang gantungan pada tahun 1911 karena dipersalahkan mereka pada tahun 1945.
2.    Jenderal Artemio, ketika tertangkap pada tahun 1900 menolak untuk bersumpah setia pada rezim yang baru; ia diasingkan,  dan kemudian dipenjarakan setelah kembali secara illegal; diasingkan lagi pada tahun 1910, dan menetap di Jepang. Kembali lagi ke Filipina bersama balatentara Jepang pada 1942, dan ikut tewas bersama mereka pada tahun 1945.
3.    Manuel Quaezon, serang pemimpin pasukan gerilya yang masih muda, baru mau menyerah ketika melihat Aquinaldo yang di tawan berada dalam keadaan sentosa;karirnya menanjak menjadi Ketua Senat pada tahun 1935 selama dua decade bertahan di puncak percampuran politik Fipina.
4.    Jenderal Emilio Aquinaldo , setelah tertangkap mengucapkan sumpah setia pada rezim baru mengajukan diri sebagai calon presiden pada tahun 1935,tetapi tidak berhasil muncul sebagai pemenang, meninggal dunia dalam usia lanjut
5.    Trinad H. Pardo de Tavera, seorang keturunan Spanyol yang berhaluan liberal abad kesembilan belas dan bergaya hidup Eropa, mendukung Negara colonial masa awal;kemudian aktif menyebarkan gagasan pendidikan umum yang bercorak sekuler, dan menantang Gereja ketakhyulan.
6.    Sergio Osmena, seorang pemuda cina peranakan dari Cebu sebagai pengacara menanjak karirnya menjadi pemimpin mayoritas dikalangan legislator Filipina, dari tahun 1907 sampai 1922; setelah itu menjadi wakil presiden mendampingi Quezon sampai (1944 -1946)
Meski keenam orang tersebut secara bersama-sama dapat dikatakan mewakili reaksi masyarakat Filipina atas kekuasaan Amerika Serikat pada masa awal sampai pertengahan abad kedua puluh, tak seorang pun dapat menampilkan sifat khas Filipina seperti Jose Rizal, yang tewas sebagai tokoh revolusioner pada tahun 1896, sebelum kedatangan Amerika Serikat. Komisi Filipina yang didominasi Amerika Serikat memilih tokoh rizal untuk dimuliakan dengan pembuatan patung-patung dan perayaan-perayaan. Tetapi pilihan penjajah pada Rizal untuk dijadika tokoh sanjungan, tidak mencemarkan martabatnya.
Filipina hanya punya 3 kapal frigat, 11 korvet dan 38 kapal pertahanan pesisir. Kalah jauh  jika dibandingkan dengan Singapura, Thailand, Vietnam, Malaysia, dan Indonesia. Sebuah hal yang ironis mengingat AL Filipina diberi beban menjaga 3,219 km perbatasan laut � lebih banyak ketimbang Thailand, Malaysia dan Vietnam.
Lemah di laut, lemah juga di udara. Alutsista Armada perang Filipina sama payahnya. Bagaimana mungkin dalam soal kepemilikan jet tempur misalnya Filipina sama sekali tak mempunyai jet tempur kelas fighter. Mereka hanya memiliki jet temput model fixed-wing jet aircraft, itupun jumlahnya tidak sampai satu skuadron, hanya 8 saja. 
Sistem militer Filipina mengadopsi seperti sang empu, AS yang dimana inti kekuatan armada perang ada di beban Korps marinir. Dengan alutsista yang seminim itu kita bisa tahu seberapa kuat Korps Marinir Filipina. Jika marinir saja begitu, apalagi angkatan-angkatan lain,Wajar jika banyak yang menyindir bahwa angkatan perang Filipina tidaklah disiapkan untuk menghadapi serangan dari luar, Angkatan Perang mereka disiapkan untuk melawan kelompok-kelompokseparatis. 

DAFTAR PUSTAKA
krisis Filipina zaman Marcos dan keruntuhannya oleh sony Wyarso Amiluhur,PT Gramedia, anggota IKAPI, Jakarta 1998.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar